SEJARAH MASUKNYAAGAMA DAN BUDAYA HINDU BUDDHA KE INDONESIA
Sejarah
Masuknya Agama dan Budaya Hindu Buddha Ke Indonesia - Sejarah Singkat
Agama Hindu-Buddha di India. Agama Hindu sebenarnya merupakan lanjutan dari
perkembangan agama Weda yang berdasarkan paham Brahmanisme dan menurut beberapa
ahli bisa jadi juga terdapat unsur perpaduan antara agama Weda dengan Budhisme
dan Jainisme, bahkan mungkin Yunani dan Persia1. Hindu kemudian dianut secara
luas oleh masyarakat di anak benua India dan menyebar ke Asia Tenggara.
Ciri pertama agama ini adalah
kepercayaan terhadap sistem kedewataan, dimana terjadi pergeseran dari dewa
tunggal pada masa Weda menjadi sebuah hierarki kedewataan sesuai dengan tugas
dan fungsinya masing-masing. Dewa tertingginya tergabung dalam Trimurti dan
didukung dengan beberapa dewa lainnya. Ciri kedua adalah terjadinya pergeseran
terhadap keyakinan mereka bahwa dewa tidak lagi hanya simbol dari kekuatan alam
namun bergeser lebih luas untuk aspek-aspek yang lain2.Agama Hindu kemudian juga
mengenal beberapa sifat dari seorang dewa yang dapat berubah dan menjadi wujud
tersendiri untuk dipuja, Aspek-aspek dari Mungkin ini pengaruh dari Hellinisme
dan penyebaran bangsa Indo Arya ke daerah India selain karena hubungan dagang
melalui jalur sutra darat yang sudah begitu tua. Pada jaman Weda dewa adalah
bentuk dari simbolisasi gejala alam seperti angin, matahari, bulan, tanah, air
dan yang lain. Pemujaan terhadap dewa matahari mendapat tempat yang cukup
penting, mungkin ini pengaruh Zoroaster dari Persia.

seorang dewa dapat bermacam-macam bentuknya dan diikuti pula
oleh istri atau śaktinya. Bahkan berkembang pula pemujaan terhadap para sakti
ini3.
Perkembangan selanjutnya dari agama ini terlihat dari
banyaknya aliran yang muncul dan terdapat pula yang merupakan sinkritisme
dengan ajaran Budhis. Aliran yang paling utama menyebar ke Indonesia adalah
Saiwa sidhanta yang memuja Dewa Siwa sebagai dewa tertinggi. Beberapa
peninggalan baik bangunan maupun arca menunjukkan pengaruh aliran Saiwa sidhanta
ini4.
Perkembangan agama dan kebudayaan Buddha
Pendiri agama Buddha adalah seorang bijaksana keturunan
Sakya sehingga dikenal sebagai Gautama Sakyamuni yang berarti orang bijak dari
Sakya. Siddarta adalah seorang putra kepala daerah Suddhodana di Kapilawastu
dekat Nepal. Daerah tersebut berada di bawah pegunungan Himalaya. Setelah
menikah dengan Yasodhara maka di usia 29 tahun mulai melakukan pengembaraan
untuk meninggalkan kehidupan duniawi5.
Setelah melakukan perjalanan maka tibalah ia di bawah sebuah
pohon pipala di Both Gaya dan menerima penerangan hidup atau boddhi. Kemudian
ia mendirikan kuil yang bernama Mahaboddhi. Selanjutnya ia mulai
menyebarluaskan ajaran ini dan dimulai dari Taman Rusa di dekat Benares. Ia
lambat laun berhasil menghimpun berbagai pengikut dengan ciri-ciri berpakaian
jubah kuning seperti pengemis. Hingga di usia senja sang Buddha terus
mengajarkan dharmma ini dan wafat di usia 80 tahun di Kapilawastu.
Perkembangan selanjutnya dari agama Buddha ini demikian
pesat. Inti ajaran ini adalah kepercayaan terhadap dharmma atau ajaran Buddha,
sangha atau kekuasaan biara dan Sang Buddha itu sendiri. Pembangunan kuil agama
dikenal dengan stupa yang sebenarnya identik dengan contoh yang diberikan
Buddha bahwa kuil tersebut mengandung 3 unsur yaitu caitya yang sebenarnya
Pemujaan sakti ini terkait pula dengan fungsi yang melekat padanya, biasanya
setara dengan fungsi para dewa suaminya. Beberapa dewi mendapat pengikut yang
cukup banyak untuk sebuah pemujaan terhadapnya, seperti Durga dan Parwati untuk
istri Siwa dan Sri untuk istri Wisnu. Bangunan percandian Hindu di Indonesia
sebagian besar menunjukkan susunan panteon keluarga Siwa yang dikenal dalam
ajaran Saiwa sidhanta. Munculnya agama Buddha dapat diartikan sebagai protes
terhadap ketidakadilan dalam agama Weda yang membedakan manusia untuk
mendapatkan pencerahan hidup dalam kelompok kasta-kasta. Selain munculnya
Budhis juga muncul Jainisme yang sangat ekstrim karena mewajibkan hidup bertapa
dan menderita, sedangkan Budhisme hanya menganjurkan hidup berserah diri dan
berusaha menyebarkan cinta kasih. tongkat sang Buddha, dagoba yang merupakan
perumpamaan dari mangkuk dan alas kuil yang perumpamaan dari jubah sang Buddha.
Perpecahan kemudian timbul dalam agama ini yaitu menjadi
Therawada yang percaya kepada ajaran asli para sesepuh dan Mahasanghika yang
dapat diartikan sebagai para anggota masyarakat yang besar. Ajaran berikutnya
terpecah lagi menjadi dua aliran besar pada abad 1-2 M, yaitu Mahayana
(kendaraan besar) yang menyebar di India utara dan tersebar ke Cina, Korea dan
Jepang, ajaran ini percaya bahwa untuk mencapai nirwana membutuhkan bantuan
orang suci. Ajaran lainnya adalah sekte Hinayana (kendaraan kecil) yang
tersebar di India selatan, Sri Langka dan Asia Tenggara. Konsep yang diyakini
adalah bahwa untuk mencapai nirwana merupakan usaha pribadi masing-masing.
Kesemua ajaran Buddha kemudian dikumpulkan dalam kitab suci yang disebut
sebagai Trī Pītaka, yang terdiri dari Winaya Pītaka yang berisi aturan mengenai
tingkah laku, Sutta Pītaka yang berisi kumpulan khotbah Sang Buddha dan
Abhidhamma Pītaka yang berisi hal-hal yang bersifat metafisika (Suud, 1988).
Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia
Hubungan Indonesia dengan India telah terjalin sejak abad
pertama masehi.Hubungan ini mula-mula terjadi di bidang perdagangan dan
berkembang ke bidang agama dan kebudayaan.Orang-orang India membawa barang
dagangan seperti wangi-wangian, tekstil, mutiara dan permata untuk di jual di
Indonesia.Sementara dari Indonesia mereka membeli barang seperti kayu cendana,
kayu gaharu, cengkeh dan lada.Sejalan dengan berkembangnya hubungan kedua
Negara masuk pula agama dan kebudayaan India ke Indonesia seperti agama Hindu,
Buddha, bahasa sansekerta, huruf palawa dan nama-nama berakhiran warama.
Hubungan Indonesia-India yang telah terjalin berabad-abad
membawa dampak sebagai berikut: 1. Masuknya agama Hindu-Buddha 2. Masuknya
bahasa sansekerta dan huruf palawa 3. Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu-Buddha 4. Munculnya nama berakhiran warman 5. Wilayah perdagangan makin
luas dan ramai Perkembangan feodalisme makin cepat 7. Kemajuan kebudayaan asli
lebih cepat terutama bidang agama.
Berkembangnya hubungan India-indonesia bukan bersifat
kebetulan melainkan didorong oleh factor-faktor lain sebagai berikut :
- Iklim.
Iklim memiliki peranan yang cukup penting terhadap terjadinya hubungan
Indonesia dengan India.Pada saat Indonesia musim hujan orang-orang India
melakukan pelayaran dan perdagangan ke Indonesia dengan memanfaatkan angin
muson.Sesampainya di Indonesia para pedagang India mulai mengumpulkan
barang-barang dagangan untuk dibawa pulang ke negaranya.Mereka tinggal di
Indonesia biasanya sampai 6 bulan karena hasrat menunggu angin yang
berganti arah ke barat India. Karena lamanya tinggal di Indonesia para
pedagang India ada yang menikah dengan penduduk pribumi dan memiliki
keturunan di Indonesia.Selain berdagang, pedagang India juga aktif
menyebarkan agama Hindu maupun Buddha di Indonesia.Mereka tidak mengalami
kesulitan ketika menyebarkan agama sebab para pedagang India ini lama
hidup ditengah-tengah masyarakat sambil menanti datangnya angin ke arah
barat.
- Letak
Indonesia. Posisi Indonesia pada persimpangan jalan perdagangan
internasional antara Eropa dan Asia.Posisi semacam ini sangat menguntungkan
Indonesia karena selalu terlibat dalam percaturan perdagangan
internasional khususnya antara India-indonesia-china.
- Pengaruh
Perguruan Tinggi Nalanda. Perguruan Tinggi Nalanda di India memiliki daya
tarik tersendiri bagi orang-orang Indonesia yang hendak belajar
memperdalam agama Buddha.Pada masa Balaputradewa (Sriwijaya) memiliki
peranan yang sangat penting dalam pengembangan agama Buddha.Orang-orang
Indonesia yang belajar di Nalanda dibuatkan asrama sebagai tempat tinggal
mereka di India.Dengan demikian hubungan India dengan Indonesia sudah
mulai melebar ke dalam bidang agama baik Hindu maupun Buddha.
Agama Hindu
Agama Hindu di India muncul sebagai akibat adanya perpaduan
antara kepercayaan bangsa arya dan bangsa dravida. Bangsa arya adalah bangsa
pendatang dan bangsa dravida adalah bangsa asli India. Hubungan kedua bangsa di
bidang kepercayaan melahirkan kepercayaan baru yakni Hindu.
Hindu mengenaladanya pemujaan para dewa. Diantara para dewa
yang paling di puja adalah Brahma, Wisnu dan Siwa yang sering disebut trimurti.
Di antara ketiga dewa tersebut yang paling banyak di puja adalah dewa siwa
(siwa mahadewa).
Agama Hindu mengenal kitab suci yang disebut Weda
(pengetahuan tertinggi). Weda dibedakan menjadi empat himpunan sebagai berikut:
a) Rigweda, berisi syair-syair pujian terhadap para dewa. b) Samaweda, berisi
syair-syair dari Rigweda, tetapi sudah diberi tanda-tanda nada agar dapat
dinyanyikan. c) Yajurweda, berisi doa-doa pengatar sesaji kepada para dewa yang
diiringi penyajian Rigweda dan nyanyian Samaweda d) Atharwaweda, berisi
mantra-mantra dan jampi-jampi untuk sihir dan ilmu gaib untuk mengusir musuh
dan penyakit.
Sementara masyarakat Hindu dibedakan menjadi 4 kasta, yakni:
a) Kasta Brahmana (para pendeta) b) Kasta Ksatria (raja, bangsawan dan
prajurit) c) Kasta Waisya (pedagang dan buruh menengah), dan d) Kasta Sudra
(petani dan buruh kecil). Pembagian masyarakat menjadi empat kasta sebenarnya
bukan dari ajaran Hindu, melainkan upaya bangsa arya agar darah keturunannya
tidak ternoda oleh keturunan bangsa Dravida.Oleh karena itu diadakan
pengelompokan berdasarkan status social mereka dalam masyarakat.
Teori-Teori tentang Masuknya Agama Hindu di Indonesia
Agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang
India.Yang menjadi pertanyaan dari golongan manakah mereka ini?Sebab di dalam
Hindu tidak semua orang bisa/boleh menyiarkan Hindu.Oleh karena itu para ahli
menyimpulkan adanya beberapa teori tentang masuknya agama Hindu ke
Indonesia.Yakni :
- Teori
Ksatria. Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang
dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah
hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke
Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan
politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah
melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan
agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama
Majumdar dan Nehru. Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu
tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan
kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai
masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India
(sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para
pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.
- Teori
Waisya. Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan Mookerjee yang berpendapat;
orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia
karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih tergantung sistem
angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di Indonesia selama
beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka banyak menikah
dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini merupakan
awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil perbandingan
proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga dibantah
ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda. Ajaran
Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.
- Teori
Brahmana. Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters
yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang
Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan
upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja.
Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat
raja). Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama
Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana.
Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang
ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di
Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan Abhiseka.
- Teori
Arus Balik. Teori arus balik atau disebut teori nasional ini muncul
dikemukakan JC. Van Leur, dimana sebagai dasar berpikir adalah hubungan
antara dunia maritim dengan perdagangan. Hubungan dagang Indonesia dengan
India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan
Budha. Orang- orang Indonesia yang tertarik ajaran itu, mengirimkan kaum
terpelajar ke India untuk berziarah dan menuntut ilmu. Setelah cukup lama,
mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan agama Hindu- Budha dengan
menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian ajaran agama lebih cepat
diterima bangsa Indonesia.
Masuknya Agama Buddha
Agama Buddha lebih terbuka sifatnya ketimbang agama Hindu.
Artinya siapa saja bisa mengembangkan ajaran agama Buddha tanpa harus memandang
dari golongan mana mereka ini. Agama Buddha masuk ke Indonesia lebih awal
ketimbang Hindu. Diperkirakan Buddha masuk ke Indonesia abab 2M. pendapat ini
didasarkan pada penemuan patung Buddha di Sempaga, Sulawesi Selatan abad 2M. Namun
dalam perkembangannya agama Buddha terdesak oleh Hindu yang baru masuk abad 4M.
Agama Buddha mulai berkembang aba 7 M ditandai dengan berdirinya kerajaan
Sriwijaya. Lalu siapa yang membawa agama Buddha sampai ke Indonesia? Berikut
ini pendapat yang mendukungnya.
- Para
pedagang. Hubungan India dengan Indonesia yang terjalin sejak awal abad
masehi menyebabkan masuknya pengaruh India ke Indonesia bidang agama.
Orang-orang India yang paling besar peranannya terhadap masuknya pengaruh
Buddha ke Indonesia ialah para pedagang. Mereka inilah kelompok masyarakat
yang paling luwes bergaul dengan masyarakat lain di Indonesia sehingga
lewat mereka ini pula agama Buddha masuk dan berkembang di Indonesia.
- Dharmaduta.
Selain lewat perdagangan, agama Buddha masuk ke Indonesia melalui petugas
khusus yaitu Dharmaduta. Mereka ini lebih paham tentang ajaran mereka dan
memiliki keahlian tersendiri bagaimana dia harus menyebarkan agama
ditengah-tengah masyarakat.
Perkembangan awal pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Beberapa temuan kemudian memperlihatkan bahwa terjadi
pergeseran konsep kekuasaan dan politik dari para penguasa lokal Indonesia.
Model kesukuan dan hidup berkelompok kemudian berkembang menjadi konsep
kemaharajaan dengan segala aturan dan keyakinan yang melekat padanya. Segeralah
berbagai nama gelar dan jabatan yang berbau India digunakan dan bahkan kemudian
dikembangkan oleh masyarakat penganut Hindu-Buddha awal ini. Konsep dewaraja
yang dianut ternyata efektif untuk membangun sebuah kemaharajaan yang
mendasarkan kekuasaan mutlak pada diri seorang raja..
Pengaruh Hindu dan Buddha ini kemudian diimbangi dengan
berbagai peninggalan yang bercorak kebudayaan tersebut. Tinggalan yang berupa
artefak maupun tekstual baik yang utuh maupun tidak telah meyakinkan kita bahwa
pengaruh ini pernah menancap sangat kuat di bumi Indonesia.[gs]
Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia
Berikut adalah beberapa kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara pada era berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Budha.
- Kerajaan Kutai
- Kerajaan
Tarumanegara
- Kerajaan
Holing/Kaling
- Kerajaan
Sriwijaya
- Kerajaan
Melayu
- Kerajaan
Mataram Kuno
- Kerajaan
Kediri
- Kerajaan
Singasari
- Kerajaan
Majapahit
- Kerajaan
Medang Kamulan
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang SEJARAH MASUKNYA AGAMA DAN BUDAYA HINDU BUDDHA KE INDONESIA. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon