KUMPULAN Cerita Fabel
Kisah
Buaya Yang Serakah

Di pinggiran sungai ada seekor
buaya yang sedang kelaparan, sudah tiga hari Buaya itu belum makan perutnya
terasa la sekali mau tidak mau hari ini dia harus makan sebab kalau tidak
bisa-bisa ia akan mati kelaparan. Buaya itu segera masuk ke dalam Sungai ia
berenang perlahan-lahan menyusuri sungai mencari mangsa.
Buaya melihat seekor bebek yang
juga sedang berenang di sungai, Bebek tahu dia sedang diawasi oleh Buaya, dia
segera menepi. Melihat mangsanya akan kabur Buaya segera mengejar dan akhirnya
Bebekpun tertangkap.
Ampun Buaya, tolong jangan mangsa
aku, dagingku sedikit, kenapa kamu tidak memang sa kambing saja di dalam
hutan,” ucapnya seraya menagis ketakutan
“Baik, sekarang kau antar aku ke
tempat persembunyian Kambing itu,” perintah buaya dengan menunjukkan taring
yang sangat tajam.
Berada tidak jauh dari tempat itu
ada lapangan hijau tempat Kambing mencari makan, dan benar saja di sana ada
banyak Kambing yang sedang lahap memakan rumput.
“Pergi sanah, aku mau memangsa
Kambing saja,” Bebek yang merasa senang, kemudian berlari dengan kecepatan
penuh.
Setelah mengintai beberapa lama,
akhirnya Buaya mendapatkan satu ekor anak Kambing yang siap dia santap.
“Tolong, jangan makan aku, dagingku tidak banyak, aku masih kecil, kenpa kamu
tidak makan gajah saja yang dagingnya lebih banyak, aku bisa mengantarkan kamu
ke sana”.
“Baik, segera antarkan aku ke
sana!” Anak Kambing itu mengajak buaya ke tepi danau yang luas, di sana ada
anak Gajah yang besar. Buaya langsung mengejar dan menggigit kaki anak Gajah
itu. Walau besar, tapi kulit Gajah itu sangat tebal, jadi tidak bisa
melukainya.
Anak Gajah itu berteriak meminta
tolong kepada ibunya. Buaya terus saja berusaha menjatuhkan anak Gajah itu,
tapi sayang tetap tidak bisa. Mendengar teriakan anaknya, sekumpulan Gajah
mendatangi dan menginjak Buaya itu sampai tidak bisa bernafas. Buaya itu tidak
bisa melawan, karena ukuran ibu Gajah itu sangat besar, ditambah dia juga lemas
karena belum makan. Buaya itu kehabisan tenaga dan mati.
Pesan moral Buaya Yang Serakah
Pesan moral dan pelajaran yang bisa
kita ambil adalah kalau kita sudah menerima apapun meskipun kecil atau meskipun
sedikit berterimakasihlah dan bersyukurlah dengan apa yang sudah kita dapat.
Cerita Fabel: Ulat
Yang Sombong

Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah 2 ekor ulat. Yang satu
bernama Fintu yang bersifat ramah, rendah hati dan baik. Sedangkan yang satunya
bernama Tuvi yang bersifat angkuh dan suka meremehkan binatang lain.
Pada suatu hari, saat Fintu sedang mencari makanan, ia
bertemu Tuvi.
“Hai Tuvi, bolehkah aku meminta sedikit makananmu?” pinta Fintu.
“Hey, Fintu! Ini makananku dan tetap makananku. Sana cari makanan yang lain!”
tolak Tuvi.
“B-baiklah…” Fintu menunduk dan berlalu.
Lain hari, akan ada pesta hutan. Semua binatang diundang.
Putha si burung hantu dengan gesitnya membagikan undangan berupa daun itu
dimalam hari dan menaruhnya di depan pintu rumah para binatang.
Esok harinya, terdengar sorakan dari para binatang.
“Asyik! Pasti di sana ada banyak makanan! Aku bisa makan sepuasnya!” sorak
Cattya si anak kucing.
“Aku juga bisa makan biji-bijian, kan? Oh ya, bagi para ulat kalian tenang
saja, aku tak akan memakan kalian, kok!” pekik Chacky si ayam jago.
Fintu hanya tersenyum mendengar pernyataan teman-temannya itu
Namun tiba-tiba…
“Ah, ini hanya pesta kecil! Lihat saja, suatu saat nanti, aku akan membuat
pesta yang lebih besar!” Dengan angkuh Tuvi berkata.
“Tuvi! Kau tak boleh begitu!” seru Piku si beruang madu.
“Huh! Biarkan saja!” balas Tuvi sambil pergi.
Beberapa hari kemudian, Tuvi dan Fintu sudah menjadi
kepompong. Mereka menjalani hidup sebagai kepompong biasa.
Beberapa minggu kemudian, mereka sudah keluar dari
kepompongnya. Tak disangka, sayap Tuvi ternyata berwarna hitam! Sedangkan Fintu
malah berwarna-warni.
Tuvi tahu, ini akibat keangkuhannya. Ia sangat menyesal.
Tamat
Cerita Gajah,
Kerbau dan Harimau
Suatu hari ada seekor kerbau mencari gajah didalam hutan.
Kerbau tersebut mencari gajah untuk menemaninya mencari makanan dihutan.
Setelah lama mencari akhirnya kerbau melihat gajah yang sedang berjalan. Gajah
tersebut mau menemani kerbau untuk mencari makanan, tetapi sebelum bertemu
gajah sang kerbau menemui harimau terlebih dahulu. Sang kerbau juga meminta
harimau untuk menemaninya mencari makanan dihutan dan harimau menerima
ajakannya. Setelah kerbau mengumpulkan gajah dan harimau. Kemudian mereka
berusaha melakukan perburuan makanan bersama. Mereka berusaha menangkap hewan
hewan lain dan merebut makanan hewan lain juga. Ketiga hewan itu bekerja sama
untuk memburu makanan dihutan.
Hewan hewan tersebut mulai dari pagi sampai sore mencari
makanan. Mereka berhasil menangkap hewan lain dan merebut makanannya. Berbagai
jenis makanan dikumpulkan mulai dari buah buahan sampai hewan hewan hidup.
Harimau menunjuk kerbau untuk membagi makanannya. Kerbau tersebut menghitung
banyaknya makanan dan membagi tiga dengan adil. Sang harimau merasa tidak adil
dan marah, akhirnya ia menerkam kerbau dan tumpukan makanannya menjadi bertambah.
Setelah itu harimau menunjuk gajah untuk membagi makanannya. Akhirnya karena
harimau merasa masih kurang akhirnya ia juga menerkam gajah. Harimau tersebut
serakah karena merasa kekurangan makanan dan menerkam kedua temannya tadi.
Pesan moral dari contoh cerita
fabel pendek diatas ialah jangan memiliki sifat serakah dan kurang
agar tidak dijauhi oleh orang lain. Karena pada suatu hari kita akan
membutuhkan bantuan orang lain juga. Namun pada akhirnya orang lain tidak mau
untuk membantu kita.
Fabel: Semut dan
Belalang
Di musim panas yang hangat dan cerah sedikit menggoda
Belalang untuk memainkan biola kesayangan sambil bernyanyi dan menari. Hampir
setiap harinya itulah yang dilakukan belalang. Ia tidak terpikir untuk
melakukan aktifitas lainnya seperti bekerja atau bersiap untuk mengumpulkan
bekal musim dingin.
Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak belalang
bahwa musim panas yang sedang dinikmatinya sekarang sudah akan berakhir. Musim
panas yang membuatnya ceria sudah akan berganti ke musim dingin, dimana hujan
akan turun dengan lebat disertai suhu udara yang sangat rendah.
Disaat belalang sedang asiknya bermain biola, dia melihat
semut yang sedang giat melewati rumahnya. Belalang yang masih riang tersebut
ingin mengajak semut bermain bersama dan semut pun diundangnya untuk
bersenang-senang ke kediaman belalang.
Tak disangka belalang ternyata semut menolak undangan
belalang dengan santun, semut berkata pada belalang,
“Maaf Belalang, aku masih ingin bekerja untuk bekal di musim dingin. Aku harus
mengumpulkan cadangan makanan yang banyak serta memperbaiki tempat tinggal agar
lebih hangat.”
“Berhentilah memikirkan hal yang tidak penting semut, mari
kita bernyanyi dan bersenang-senang, ayolah nikmati hidup kita”, Sanggah
belalang. Belalang pun masih dengan kebiasaannya untuk bersenang-senang tanpa
memikirkan apapun.
Tidak disangka musim panas berakhir jauh lebih cepat dari
pada biasanya. Belalang yang terbiasa gembira lantas panik bukan main. Ia tidak
memiliki persediaan makanan yang cukup ditambah rumahnya yang rusak dan tidak
layak huni karena diterjang badai.
Dengan harapan tinggi dan lunglai belalang menuju rumah
semut dan meminta bantuan untuk diperbolehkan tinggal bersama dan meminta
makan. Mendengar permohonan tersebut semut menjawab, “Maafkan aku belalang aku
tidak bisa membantumu, rumahku terlalu sempit untukmu, dan bekalku hanya cukup
untuk keluargaku saja”.
Belalang akhirnya pun meninggalkan rumah semut dengan rasa menyesal dan sedih.
Dalam hati ia bergumam, “Andai saja aku mengikuti nasihat semut saat itu untuk
bekerja keras, pasti saat ini aku bisa kenyang dan tidur nyenyak di dalam
rumah”.
Tamat.
Pesan moral dari cerita fabel ini: Gunakan waktumu sebaik
baiknya untuk hal yang bermanfaat, karena apa yang terjadi esok hari kita tidak
pernah tahu.
—
Cerita Hewan:
Keharuan Seekor Anjing
Pagi yang begitu patah dengan rasa si Anjing dalam menanamkan
hatinya pada kupu-kupu yang sedang menari-nari di taman saat si Anjing menjaga
rumah majikannya yang bernama pak Bolot. Keharuan si Anjing datang di saat
tarian kupu-kupu semakin indah dan semakin lucu.
Si Anjing mencoba untuk menirukan tarian kupu-kupu, namun
tidak dapat dicapainya. Anjing berkata.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka., padahal kata pak Bolot aku cantik?”
kata si Anjing kesal
“Percuma aku cantik kalau tidak dapat menari.” Si Anjing tetap mencoba
menirukan kupu-kupu tetapi ia tetap tidak bisa.
Dengan keharuan itu si Anjing menangis. Si Kupu menangkap suara tangisan si
Anjing, lalu mendekatinya.
“Anjing, kenapa kau menangis?” tanya si Kupu.
“Aku tidak bisa menari dan terbang sepertimu! Padahal kata majikanku aku sangat
cantik.” Jawab si Anjing. Si Kupu mencoba menasehati si Anjing. Tidak lama
kemudian turunlah hujan. Si Kupu bersama teman-temannya segera pergi mencari
tempat berteduh.
Setelah beberapa hari. Si Anjing merusak taman di sekitar
rumah pak Bolot, agar si Kupu bersama teman-temannya tidak lagi dapat
menari-nari di taman. Setelah beberapa lama, datanglah si Kupu bersama
teman-temannya. Si Kupu melihat si Anjing yang sedang merusak taman menjadi
marah.
“Tunggu…, kenapa kamu merusak taman disini?” tanya si Kupu
“Memangnya kenapa? Ini kan tama milik majikanku? Bukan milikmu?”
“Memang ini bukan tamanku! Tapi kau telah merusak tanaman yang tidak bersalah!”
pertengkaran semakin ramai, namun sedikit mereda ketika pak Bolot datang dengan
wajah marah karena melihat tamannya yang indah menjadi berantakan.
“Siapa yang telah merusak tamanku ini?” tanya pak Bolot. Si Anjing kemudian
mengaku kalau ia yang merusak taman. Ia juga memberikan alasannya.
Ternyata si Anjing telah menganggap kalau kupu-kupu telah
mencuri madu yang ada pada bunga. Pak Bolot tersenyum, ia kemudian menjelaskan
bahwa kupu-kupu tidak mencuri madu. Pandai menari, terbang dan menghisap madu
adalah kodrat setiap kupu-kupu. Si Anjing kini sadar akan kesalahannya. Ia
segera minta maaf pada si Kupu dan teman-temannya, maupun pada pak Bolot.
—
Cerita Fabel: Iri
Hati Sang merpati
Seharian ini, Merpati iri hati pada Tekukur. Merpati merasa
jatah jagungnya lebih sedikit dibandingkan dengan Tekukur. Merpati menganggap
pemiliknya sudah tak menyayanginya lagi.
“Pemilikku lebih sayang Tekukur,” batin Merpati sambil
memperhatikan sang pemilik yang lebih banyak memberikan jagung di tempat makan
Tekukur. Merpati pun sedih.
Ingin rasanya ia kabur dari sangkar. Tapi ia tak mau
melakukannya, karena esok ada perlombaan balap Merpati yang harus diikuti. Ia
pun bertekad memenangi perlombaan agar bisa membanggakan pemiliknya.
Tiba-tiba, Merpati mendengar suara di kebun mentimun di
belakang rumah. Ia melihat Kancil yang hendak mengambil buah mentimun.
“Kancil…” panggil Merpati.
Kancil terkejut dipergoki Merpati.
“Maaf, aku lapar. Nanti aku bawa bijinya sebgai ganti,” kata
Kancil pelan.
“Bukan itu, aku butuh saranmu,” kata Merpati.
Kancil lalu mendekati sangkar Merpati. Merpati menceritakan
kegundahan yang sedang dirasakannya. Dengan seksama Kancil mendengarkan keluh
kesah Merpati.
Selesai Merpati bercerita, Kancil memberi saran.
“Jangan begitu Merpati, mungkin pemilikmu tak mau kamu
terlalu gemuk.”
“Memangnya kenapa kalau aku jadi gemuk nanti?”
“Nanti terbangmu lambat.”
Merpati menggeleng. “Itu tak mungkin. Aku malah bisa terbang
lebih cepat,” kata Merpati dengan sombongnya.
Kancil hanya tersenyum lalu beranjak pergi. Namun, Merpati
mencegahnya.
“Kancil, kamu hendak ke mana?”
“Kembali ke hutan. Aku kan sudah memberi saran seperti
maumu.”
“Bukan itu saran yang kumau.”
“Lalu apa keinginanmu?”
“Aku mau makan lebih banyak jagung seperti Tekukur.”
Kancil berpikir sejenak. Lalu berkata, “Kamu makan di
sangkarnya Tekukur.”
“Caranya?”
“Kamu bujuk Tekukur supaya ia mau bertukar sangkar saat
makan jagung.”
Merpati mengangguk. Kancil pun pamit pergi.
***
Setelah Kancil pergi, Merpati membujuk Tekukur untuk
bertukar tempat saat makan. Awalnya Tekukur tak bersedia. Tapi karena Merpati
terus memaksanya, maka Tekukur pun terpaksa menuruti.
Esok harinya setelah sang pemilik pergi seusai memberi makan
jagung. Merpati dan Terkukur bertukar sangkar. Di sangkar Tekukur, Merpati
lahap memakan jagung yang berjumlah banyak. Merpati menjadi kekenyangan. Dengan
susah payah, Merpati kembali ke sangkarnya.
Tak lama kemudian, sang pemilik mengeluarkan Merpati yang
masih kekenyangan dari sangkar. Lalu membawanya ke perlombaan balap Merpati.
Sayang, di perlombaan Merpati yang masih kekenyangan tak
bisa terbang cepat sehingga kalah. Sang pemilik kembali ke rumah dengan wajah
sedih. Merpati dikembalikan ke sangkarnya.
Di dalam sangkarnya, Merpati tampak menyesal tak menuruti
saran Kancil. Ia menceritakan kekalahannya pada Tekukur.
“Merpati, kamu seharusnya tak perlu iri hati. Pemilik kita
sengaja memberimu sedikit jagung agar kamu bisa terbang cepat dan menang,”
celethuk Tekukur dari dalam sangkarnya.
Merpati malu dan sedih mendengarnya. Ia pun menyesali
sesuatu yang sudah tidak ada gunaya
Cerita Fabel:
Lebah dan Semut

Dahulu pada zaman Nabi Sulaiman, hidup banyak sekali lebah.
Salah satu di antaranya adalah Dodo. Dodo adalah anak lebah yang telah
ditinggal mati ibunya. Waktu itu ibunya meninggal digigit kalajengking. Kini ia
hidup sebatang kara. Oleh karena itulah ia memutuskan untuk hidup mengembara.
Hingga akhirnya ia tiba di gurun pasir yang luas. Di tengah gurun itu Dodo
merasa haus dan lapar.
“Aku harus segera mencari makan dan air, tapi aku harus
mencari di mana?” pikir Dodo. Tetapi Dodo tidak mau menyerah. Ia bersikeras
mencari makanan dan air. Setelah cukup lama terbang, dari kejauhan Dodo melihat
air dan makanan. Namun setelah mendekat, ternyata yang dilihatnya hanyalah
hamparan pasir yang luas. Maka dengan kekecewaan, Dodo kembali terbang
menyelusuri gurun. Tidak berapa lama kemudian ia bertemu dengan seekor semut
yang sedang kesusahan membawa telurnya. Dodo pun mendekati semut itu.
“Hai, semut. Siapakah namamu?”
“Namaku Didi. Namamu siapa?”
“Aku Dodo. Kamu mau jadi sahabatku?” Didi mengangguk senang.
“Baguslah! Kalau begitu mari kita mencari air dan makanan bersama?” Didi
kembali mengangguk.
Mereka bergegas pergi untuk mencari makanan. Setelah cukup
lama menyusuri gurun, mereka menemukan sebuah mata air yang berair bersih dan
segar. Di samping mata air itu terdapat sebatang pohon kurma yang berbuah lebat
dan sangat manis. Didi dan Dodo sangat gembira. Mereka segera minum dan makan
sepuasnya.
Setelah mereka benar-benar kenyang, mereka segera mencari
tempat tinggal. Dua hari kemudian mereka menemukan tempat tinggal yang menurut
mereka tepat. Yaitu di sebuah padang rumput yang luas. Mereka tidak akan
kekurangan makanan karena di tepi padang rumput itu terdapat banyak pohon
buah-buahan dan sebuah mata air yang sangat bersih. Didi dan Dodo hidup dengan
rukun. Semakin hari persahabatan mereka semakin erat. Mereka pun hidup dengan
aman, tenteram dan bahagia.
Cerita Dongeng
Rusa dan Kura-Kura
Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong
lagi pemarah. Sering ia meremehkan kemampuan hewan lain.
Pada suatu hari si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia
bertemu dengan kura-kura yang terlihat hanya mondar-mandir saja. “Kura-kura,
apa yang sedang engkau lakukan di sini?”
“Aku sedang mencari sumber penghidupan,” jawab si kura-kura.
Si rusa tiba-tiba marah mendengar jawaban si kura-kura.
“Jangan berlagak engkau, hei kura- kura! Engkau hanya mondar-mandir saja namun
berlagak tengah mencari sumber penghidupan!”
Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun si rusa tetap
marah. Bahkan, si rusa mengancam akan menginjak tubuh si kura-kura. Si
kura-kura yang jengkel akhirnya menantang untuk mengadu kekuatan betis kaki.
Si rusa sangat marah mendengar tantangan si kura-kura untuk
mengadu betis. Ia pun meminta agar si kura-kura menendang betisnya terlebih
dahulu. “Tendanglah sekeras-kerasnya, semampu yang engkau bisa lakukan!”
Si kura-kura tidak bersedia melakukannya. Katanya, “Jika aku
menendang betismu, engkau akan jatuh dan tidak bisa membalas menendangku.”
Si rusa kian marah mendengar ucapan si kura- kura. Ia pun
bersiap-siap untuk menendang. Ia berancang-ancang. Ketika dirasanya tepat, ia
pun menendang dengan kaki depannya sekuat-kuatnya.
Ketika si rusa mengayunkan kakinya, si kura-kura segera
memasukkan kaki-kakinya ke dalam tempurungnya. Tendangan rusa hanya mengenai
tempat kosong. Si rusa sangat marah mendapati tendangannya tidak mengena. Ia
lantas menginjak tempurung si kura-kura dengan kuat. Akibatnya tubuh si
kura-kura terbenam ke dalam tanah. Si Rusa menyangka si kura-kura telah mati.
Ia pun meninggalkan si kura-kura.
Si kura-kura berusaha keras keluar dari tanah. Setelah
seminggu berusaha, si kura-kura akhirnya berhasil keluar dari tanah. Ia lalu
mencari si rusa. Ditemukannya si rusa setelah beberapa hari mencari.
“Bersiaplah Rusa, kini giliranku untuk menendang.”
Si rusa hanya memandang remeh kemampuan si kura-kura.
“Kerahkan segenap kemampuanmu untuk menendang betisku. Ayo, jangan ragu-ragu!”
Si kura-kura bersiaga dan mengambil ancang-ancang di tempat
tinggi. Ia lalu menggelindingkan tubuhnya. Ketika hampir tiba di dekat tubuh si
rusa, ia pun menaikkan tubuhnya hingga tubuhnya melayang. Si kura-kura
mengincar hidung si rusa. Begitu kerasnya tempurung si kura-kura mengena hingga
hidung si rusa putus. Seketika itu si rusa yang sombong itu pun mati.
Pesan Moral dari Cerita Dongeng Hewan Fabel Rusa dan
Kura-Kura adalah jangan sombong dan meremehkan kemampuan orang lain.
kesombongan hanya akan mendatangkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari.
—
Cerita Dongeng:
Kera yang Banyak Akal
Musim hujan sudah datang seminggu terakhir. Kera-kera yang
tinggal di lereng gunung sedang bimbang. Mereka bingung, haruskan mencari
tempat lain yang aman? Atau mengungsi ke rumah-rumah warga kampung di bawah
lereng? Mereka tahu, tanah di lereng gunung telah gundul dan kera-kera cerdik itu
merasa sebentar lagi akan longsor karena hujan.
Di hutan dalam lereng gunung tempat tinggal kera-kera itu,
hiduplah seekor ular piton besar. Ular piton adalah pemangsa yang hebat. Ia
membuat sarang di bekas pohon yang ditebang. Ular piton hidup menyendiri, sepi,
dan menunggu sesuatu untuk dimangsa. Saat lapar tiba, ular piton berwarna
cokelat motif batik itu keluar dari sarang.
“Mendung!” gumam si piton. “Mulai gerimis! Sebentar lagi
hujan pasti lebat. Aku suka sekali. Saat seperti ini banyak sesuatu yang bisa
kumangsa.”
Ular itu tahu setiap hujan turun binatang-binatang penghuni
hutan di lereng gunung hanya bisa berteduh, kadang di bawah pohon, kadang di
goa-goa kecil tempat persembunyian mereka. Tidak banyak yang bisa mereka
lakukan selain berteduh menunggu hujan reda.
Si piton segera melata, mengendus aroma daging calon
mangsanya. Lidahnya menjulur-julur lucu. Saat berjalan santai di bawah hujan,
si piton pun melihat seekor kera mungil yang sedang berteduh di bawah pohon
aren. Kera itu menggigil.
“Ah, santap siang yang enak ini,” gumam Piton. Ia sudah
membayangkan kelezatan setiap inci tubuh kera yang renyah. Pasti gurih!
batinnya. Andai saja semua itu bisa dilakukannya dengan mudah. Kemudian ia
mencari-cari strategi untuk segera menyergap si kera agar tepat sasaran.
Sesampainya di dekat kera mungil itu, si piton mendengar si
kera sedang merintih, seperti kesakitan. Si piton tiba-tiba berubah pikiran.
Ah, sakit apa dia? Tanya Piton dalam hati.
Piton kembali melata mendekati kera yang menggigil dan
merintih sendirian.
“Hei, Kera? Kau menggigil? Kau merintih? Kau sakit? Demam?”
tanya Piton setelah menampakkan diri di depan kera mungil itu.
“Piton? Kau membuatku kaget. Mau ke mana kau, hujan-hujan
begini?”
“A-aku. Aku mau lewat saja. Aku suka hujan-hujanan. Karena
aku bisa bermain air. Kau belum jawab pertanyaanku, Kawan?” kata Piton lagi.
“Hmm, ya, kakiku memang sedang sakit. Seseorang tadi membuat
jebakan di ujung hutan. Aku sempat terjepit jebakan besi. Aku dikira tikus apa,
ya? Dijebak dengan benda mirip jebakan tikus. Lihat ini, kakiku luka. Untung
aku bisa melepaskan diri,” rintih Kera.
“Aih, lukamu lumayan parah, Kawan. Darah masih mengucur,
tuh! Kalau kau tak bersihkan bisa membusuk kakimu.”
“Benar juga. Akan ada banyak kuman sepertinya. Dan sekarang
aku sudah merasakan ada kuman-kuman menjalar di tubuhku. Ah, jangan-jangan
sebentar lagi aku mati membusuk, berbelatung. Bagaimana ini, Piton? Ah, kenapa
kau tak makan aku saja? Cepatlah!” kata Kera memelas.
Piton sedikit bimbang. Ia merasakan dilema, perutnya memang
lapar, tetapi ia jijik membayangkan kera itu sudah dipenuhi kuman yang sebentar
lagi membusuk.
“Ah, tidak, tidak. Aku tak tega, Kawan. Kau sedang
teraniaya. Tak boleh memangsa lawan yang sedang teraniaya.”
Padahal dalam hati, Piton takut kalau kuman dalam kera itu
akan berpindah ke tubuhnya. Selera makan Piton hilang seketika.
“Oh, begitukah, Kawan?”
“Ya, tentu saja!’
“Baiklah, kalau begitu aku akan mencari air di sungai untuk
membersihkan lukaku ini. Boleh aku pamit?”
“Baiklah. Kau tenang saja, Kawan. Lain kali aku tak akan
memburumu. Meskipun kau sudah sehat kembali.”
“Kau janji, Piton?”
“Iya. Aku janji. Sana, pergilah. Sembuhkan lukamu dulu. Aku
pun mau melanjutkan perjalananku. Aku mau cari tupai saja. Sebenarnya aku
sedang lapar,” ujar Piton.
“Hmm, baiklah. Selamat berburu, Kawan! Semoga kau dapat
tupai yang gemuk.”
“Terima kasih, Kera.”
Ular piton itu melata lebih dulu, meninggalkan kera mungil
yang banyak akal. Si Kera kini terbengong-bengong. Dalam hati ia tertawa sambil
berkelakar, “Begitu mudah menyelamatkan diri dari ancaman ular. Tak kusangka,
meski tampilannya menyeramkan kadang ia baik juga. Pantas, sekarang ular-ular
seperti piton itu sering diburu manusia, dijadikan binatang peliharaan. Ya,
ternyata mereka memang lucu dan sedikit dungu. Mungkin karena itulah mereka
mudah dijinakkan. Ah, terserah saja lah.”
Cerita Hewan:
Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul
Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor anjing gunung
ke sebuah gunung yang sangat tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing gunung
untuk berburu bersama di sebuah hutan yang cukup lebat dan tidak lama keledai
itu menaiki gunung akhirnya dia menemukan seekor anjing gunung sedang berjalan.
Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu bersama dan akhirnya anjing gunung
itu menerima ajakan dari sang keledai, kini sang keledai dan anjing gunung
pergi ke hutan lebat itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu sang keledai
menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar. Sang
keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu bersama dan macan tutul
itupun menerima ajakan sang keledai.
Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu
Anjing gunung dan Macan Tutul kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan
lebat untuk berburu bersama, mereka menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang
baik hewan apapun bisa mereka tangkap dengan mudah mereka berburu mulai dari
pagi hari sampai dengan sore hari. Mereka berhasil mengumpulkan hewan-hewan
tangkapannya kemudian mereka bawa ke tempat terbuka dan mereka tumpuk
hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan hasil buruan mereka terdiri dari seekor
kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini waktunya mereka
membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.
Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi
hewan-hewan itu “Keledai silahkan kau bagi makanan-makanan itu” Perintah sang
macan tutul lalu keledai itu menghitung dengan cermat hewan tangkapan itu,
setelah sang keledai menghitung dia membagikan hewan-hewan itu secara adil
dengan membagi tiga bagian yang sama banyak. Melihat pembagian itu sang macan
tutul sangat marah kemudian dia menerkam sang keledai hingga keledai itu mati
dan kini tumpukan makanan telah bertambah. Kemudian sang macan tutul menoleh ke
arah anjing gunung “Sekarang kamu bagikan hewan-hewan itu”. Perintahnya dengan
marah, kini sang anjing gunung mendekati makanan itu dia menumpukan kembali
hewan-hewan yang telah dibagikan oleh sang kedelai menjadi tumpukan yang besar
kemudian dia menggigit seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya sendiri, itupun
hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk
sang macan tutul.
Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat
keputusan sang anjing gunung dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam
mengambil sebuah keputusan wahai anjing gunung, kau membagikan makanan ini
dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari sang keledai?”. Tanya sang
macan tutul “Ya aku belajar dari sang keledai” jawab anjing gunung itu sambil
pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga tidak mau mengulangi nasib sama
dengan keledai itu” celetuk sang anjing. Dalam hatinya anjing gunung sangat
kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan
membantu macan tutul di kemudian hari.
Pesan Moral dari cerita fabel Anjing Gunung, Keledai dan
Macan Tutul ini adalah sifat serakah dan curang akan membuat orang lain
menjauhi kita. Dan pada suatu saat kita butuh bantuan orang lain mereka tidak
akan mau membantu.
Cerita Hewan:
Gagak dan Elang

Pada suatu hari di hutan lereng gunung, ada seekor burung
gagak yang sedang mencari makan. Burung gagak itu memiliki anak namanya Raga,
seekor anak burung gagak yang sangat periang dan pantang menyerah. Kemanapun orang
tuanya pergi, Raga selalu ikut dan membantu mencari makanan.
Ke esokan hari, Ibu Raga keluar ingin mencari makanan, Raga
waktu itu yang masih tertidur tiba-tiba terbangun.
“Ibu mau kemana?” tanya Raga.
“Ibu mau mencari makanan untuk keluarga kita” jawab Ibu gagak.
“Raga ikut, bu. Raga ingin mencari cacing kesukaan Raga” pinta Raga.
“Iya nak, tapi kamu harus tetap waspada, jangan jauh-jauh dari ibu” ucap ibu
gagak.
“baik bu” jawab Raga.
Padi itu mereka terbang ke arah timur, mereka turun dari
sawah-kesawah untuk mencari tikus sawah. Raga dengan cerdiknya mendapatkan
banyak cacing sawah. Namun tiba-tiba dari atas ada seekor elang yang juga
mencari makan, elang itu memang terkenal sering merebut makanan gagak. Ketika
gagak ingin menerkam seekor tikus, tiba-tiba elang menyahutnya dari atas.
“Hai elang, mengapa kamu suka merebut makananku?” bentak
gagak.
“Kamu sangat lamban gagak, siapa cepat dia dapat” ejek elang.
“mengapa kamu tidak mencari makanan sendiri, dasar pengganggu” ucap gagak.
Sementara itu, Raga yang melihat ibunya sedang kesal sama elang, tiba-tiba
terbang ke atas kemudian turun menyahut kembali seeokor tikus dari tangan di
elang.
“Hey, anak gagak. Apa yang kamu lakukan?, kembalikan makananku” teriak elang.
“Aku hanya merebut kembali makanan ini dari ibuku, aku tidak mencuri dari kamu”
ucap Raga.
“Dasar gagak kecil, cepat kembalikan” ucap elang tampak marah.
“Tidak, ini adalah milik kami, kamu yang mencarinya dan kamu telah mencurinya
dari kamu” jawab Raga.
Ibu gagak hanya terdiam, ia sangat bangga sekali memiliki anak yang pemberani
dan cerdik. Elang yang mulai tampak kesal, tampak sudang bersiap-siap menyerang
gagak.
“Aku tidak takut sama kamu, selama kami benar” ucap Raga.
“Baiklah kalau itu mau mu, sekarang rasakan pembalasanku” teriak Raga.
Tiba-tiba ibu gagak menyela, tak ingin anaknya dalam masalah, ibu gagak
langsung menghadang.
“Apa kamu tidak malu elang?, beraninya sama anak kecil” ejek ibu gagak.
“Kalau kamu pemberani, hadapi aku” tambah ibu gagak.
“Kalian berdua maju semuanya, aku tidak takut” ucap elang.
Disaat elang bersiap-siap menyerang Raga dan ibunya, tiba-tiba rombongan burung
gagak terbang melewati mereka dan berhenti.
“Elang, kamu buat masalah lagi?” tanya salah satu gagak.
Elang hanya terdiam dan kabur karena ketakutan, Raga dan ibunya lega karna
elang itu sudah pergi.
“Terima kasih atas bantuan kalian” ucap ibu gagak.
“Sama-sama, anakmu cukup berani melawan si elang. Aku salut padanya” jawab
salah satu gagak.
“Terima kasih paman, Raga berani jika benar. Itu yang ibu ajarkan” ucap Raga.
Akhirnya rombongan gagak itu pamit ingin melanjutkan perjalanannya. Raga dan
ibunya terbang pulang ke rumah mereka. Ibu bangga sekali Raga kini tumbuh
menjadi anak yang berani dalam kebenaran dan cerdik.
Pesan Moral: “Kebenaran harus diperjuangkan dengan
sungguh-sungguh. Kalau tidak maka kebenaran pasti dikalahkan oleh kebatilan.”
Cerita Fabel:
Kadal dan Ular Air
Disebuah kolam yang cukup besar dan dalam seekor kadal
sedang berjalan di pinggiran kolam kadal itu sedang mencari kegiatan baru kadal
itu sangat ingin mencoba sesuati yang baru, dia sangat ingin berpetualang
ketika dia berjalan dipinggiran kolam sambil mengeluarkan lidahnya dia melihat
sesuatu muncul dari dalam air hal pertama yang dilihat oleh kadal itu adalah
sebuah kepala yang melenggak lenggok kesana kemari seperti sedang mencari
sesuatu kemudian kadal itu mendekati mahkluk yang muncul dari dalam air itu dan
dia sedikit kaget ternyata dia melihat seekor ular air.
Ketika itu ular air juga melihat kehadiran sang kadal lalu
mendekatinya, setelah sampai dekat dengan sang kadal ular itu meninggikan
kepalanya dan berkata :”Apa yang sedang dilakukan oleh seekor kadal gemuk ini
dipinggiran kolam?” kadal itu menjauh dari sang ular karena dia takut dimangsa
olehnya “Aku hanya sedang mencari kegiatan baru, aku hanya ingin mencari sebuah
petualangan”. Kata sang kadal. “Kenapa kau menghindar dariku? Aku tidak memakan
mu aku telah kenyang memakan ikan kecil yang ada di kolam itu” kata sang ular
“jadi kau ingin sebuah petualangan yang seru” kata ular sambil mendesis “Ya itu
benar aku ingin sekali mencoba sesuatu yang baru” kata sang kadal dengan penuh
semangat “apa kau pernah melewati kolam ini sendiri?” Tanya sang ular.
“Aku tidak pernah melewatinya kolam ini terlalu luas untuk
aku sebrangi meskipun aku bisa sedikit berenang tapi aku takut untuk
menyebrangi kolam ini dari satu tepian ketepian lainnya”. Jawan sang kadal “apa
kau mau menyebaranginya aku akan membantunya” ajak sang ular. Sang kadal sangat
ingin sekali menyebranginya dan tanpa berpikir panjang kadal itu menerima
ajakan dari sang ular “Baiklah kalo begitu carilah sesuatu yang bisa dijadikan
sebagai tali!” Pinta sang ular “Untuk apa tali itu?” Tanya sang kadal dengan
heran “Tali itu untuk kau ikatkan ke ekorku ketika kita berenang menyebrangi
kolam ini kau tidak akan tenggelam, aku akan menarikmu kepermukaan”. jelas sang
ular.
Lalu sang kadal mencari tali di pinggiran kolam dan dia
mendapatkan nya, setelah itu sang kadal menalikan kaki depannya ke ekor sang
ular dengan sangat kuat. Selesai itu kini sang ular dan sang kadal berenang
menyebrangi kolam luas itu namun di tengah-tengah kolam sang ular berpikir
untuk menenggelamkan sang kadal sebelum mencapai tepian, ketika hal itu akan
dilakukan oleh sang ular tiba-tiba tibuhnya tertarik ke atas dia mencoba
melepaskan diri dengan sekuat tenaga namun hal itu percuma ternyata sang kadal
disambar oleh seekor burung alap-alap sehingga tubuh ular itu bergelantungan di
udara. Saat itu sang alap-alap melihat bukan hanya kadal saja yang dia tangkap
namun begitu juga seekor ular air dimana ekornya terikat pada kaki sang kadal.
Pesan Moral dari cerita Kadal dan Ular Air ini adalah
jauhkanlah diri kita dari niat buruk, karena hanya akan merugikan kita
dikemudian hari.
Cerita Dongeng Kelinci
dan Anjing Petani
Disebuah perkebunan jagung yang cukup luas terdapat seekor
anjing petani sedang mencari kelinci yang berkeliaran untuk dimangsa. Anjing
itu dilatih untuk mengejar hewan pengganggu perkebunan jagung ketika jagung
masih muda. Daun jagung itu sering dimakan oleh kelinci sehingga tanaman jagung
itu tidak dapat tumbuh dengan baik dan jika tanaman itu tidak tumbuh dengan
baik hasil panen jagung juga akan sangat berkurang, maka dari itu sang petani
menempatkan seekor anjing terlatih di perkebunan itu. Setiap hari anjing itu
berkeliaran memeriksa hewan pengganggu tanaman jagung di perkebunan petani.
Pada suatu pagi anjing itu bangun dari tidurnya kemudian dia
berjalan mengitari perkebunan jagung itu sambil mengendus-ngendus bau hewan
lain dengan hidung nya, penciuman anjing itu sangat tajam bahkan anjing itu
mampu mencium bau kelinci dari jarak yang sangat jauh, ketika dia berjalan
anjing itu mencium bau kelinci dari kejauhan anjing itu mengikuti arah bau itu
sampai akhirnya dia melihat seekor kelinci sedang asik memakan pucuk jagung
yang masih muda. Anjing itu berjalan perlahan mendekati kelinci tersebut ketika
dia sudah sangat dekat dengan kelinci itu sang anjing langsung mengejarnya
dengan sangat cepat, namun sang kelinci mendengar langkah anjing itu karena
kelinci memiliki telinga yang panjang dan sangat peka terhadap suara. Kelinci
itu menhindari sang anjing dengan cepat dia melompat dengan sangat cepat dan
lompatan kelinci itu sangat jauh.
Sang anjing terus mengejarnya meskipun kelinci itu semakin
menjauh dari jarak sang anjing namun sang anjing tidak menyerah begitu saja.
Anjing itu memiliki kemampuan berlari tanpa henti sehingga dia mampu mengejar
sang kelinci tanpa kelelahan. Meskipun demikian sang kelinci yang sangat cepat
melompat menghindari kejaran anjing itu membuat anjing itu kehilangan jejaknya,
anjing itu mulai mengendus-ngendus bau sang kelinci dan tidak lama kemudian dia
menemukan kelinci itu kini dia mengejarnya lebih cepat dari sebelumnya namun
sang kelinci itu tidak dapat dia kejar hingga akhirnya anjing itu menyerah dan
tidak melakukan pengejaran terhadap kelinci itu lagi. Ternyata kejadian itu
ditonton oleh seekor burung gagak yang sedang bertengger di sebuah pohon yang
daunnya sedang gugur ketika anjing itu melewati pohon tersebut sang gagak
bertanya kepadanya “Ternyata kelinci itu lebih kencang dibandingkan dengan
dirimu” kemudian sang anjing berkata dengan tenang “Apa kau tidak melihat
perbedaan yang begitu mencolok antara aku dengan kelinci itu?” sang gagak
menjawab “aku tidak melihat perbedaan itu, memang apa perbedaan yang kau
maksudkan itu?” Sang anjing menjawab “Aku berlari untuk menangkap makanan
sedangkan dia berlari mempertahankan hidupnya, sebuah keinginan akan menentukan
kerasnya sebuah usaha”.
Pesan Moral dari cerita dongeng fabel ini adalah jika kita
memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk mewujudkan apa yang kita
inginkan, maka cepat atau lambat keinginan itu pasti akan terwujud.
Fabel: Katak dan
Ular Piton
Disebuah danau hiduplah dua binatang bernama katak dan ular
air. Katak tersebut melompat lompat disekitar danau karena ia termasuk hewan
yang suka ingin tahu. Katak tersebut ingin mencari kegiatan baru dengan cara
berpetualang disekitar danau. Dengan senangnya sang katak melompat lompat
menjauhi danau. Iapun terkejut karena ada semak semak yang goyang. Ternyata
dibalik semak semak tersebut muncullah ular piton. Katakpun kaget dan berusaha
menjauhi ular piton, kemudian ia berusaha kembali ke danau lagi. Sebelum katak
menjauhi ular, ternyata si piton menyadari keberadaan katak. Ular tersebut
berusaha mendekati katak dan merayap dengan cepat.
Setelah ular dekat dengan katak, ia segera mengangkat
kepalanya dengan tinggi dan berkata, “ Hai katak gemuk apa yang kau lakukan
dihutan ini?” Katak tersebut takut dengan ular dan berusaha untuk menjauh. Sang
ular pun berkata bahwa ia tak akan memakan katak karena ia sudah memakan
kelinci kecil. Kemudian sang kata berkata, “ Aku ingin berpetulang dan mencari
kegiatan baru”. Sang ular menawarkan petualangan yang seru dan katakpun mau.
Apabila katak ingin mencoba petualangan baru, ia harus menjelajahi hutan
sendirian. Katakpun belum pernah menelusuri sekitar hutan karena ia takut
dimangsa hewan hewan buas lainnya.
Sang ular meawarkan bantuan untuk menemani katak menjelajahi
hutan. Ia berkata,” Wahai ular carilah tali dan ikatkan pada ekorku.” Sang kata
bertanya, “ Untuk apa tali itu?” Tali tersebut untuk menjaga agar katak tidak
tertinggal jauh ketika dihutan, jadi ia tetap aman bersama ular. Katak tersebut
tidak pikir panjang dan menerima tawaran ular. Katakpun mencari tali dan
mengikatkan perutnya dengan ekor sang ular. Setelah itu mereka berjalan
menjelajahi hutan, sampai ditengah hutan sang ular memiliki niat buruk. Ia
ingin berusaha membelit katak. Ular tesebut berusaha membelit katak namun tubuh
katak disambar oleh elang dan digelantungkan di udara. Elang tadi menyadari
bahwa ia juga menangkap piton karena ekornya terikat dengan katak.
Pesan moral dari contoh cerita fabel singkat diatas yaitu
jauhilah niat buruk terhadap orang lain karena dikemudian hari akan merugikan
kita.
Cerita Hewan: Kuda
yang memakai kulit harimau
Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju
sebuah hutan yang lebat, kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang
itu dia terlihat gembira karena tidak ada petani gandum menjaga ladangnya.
Ketika dia menuju hutan lebat di tengah jalan sang kuda
melihat sesuatu dengan heran seperti sebuah kulit harimau lalu kuda itu
mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dia lihat adalah sebuah kulit
harimau yang tidak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu harimau. Kuda itu
mencoba memakai kulit harimau itu dan ternyata pas ditubuhnya.
Lalu terlintas di benak kuda itu untuk menakuti hewan-hewan
hutan yang melewati dirinya, kuda itu bergegas mencari tempat untuk
bersembunyi. Tempat itu harus terlihat gelap dan sering dilalui oleh beberapa
hewan hutan. Akhirnya dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk
bersembunyi dan kuda itupun masuk ke semak-semak dengan menggunakan kulit
harimaunya, di semak-semak kuda itu bersembunyi menunggu hewan hutan yang
melewatinya dan tidak lama kemudian beberpa domba gunung berjalan ke arah
dirinya kuda itu kini bersiap-siap untuk meloncat.
Ketika domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi
kuda itu meloncat ke arah domba-domba itu dan serentak domba-domba itu
berlarian kesana kemari mereka ketakukan dengan kulit harimau yang di pakai
oleh kuda itu. Sang kuda hanya tertawa setelah domba-domba itu berlarian dia
amat senang sekali menjaili domba-doma itu.
Lalu sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia
menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat
seekor tapir berjalan sambil mengunyah sesuatu dimulutnya, tapir itu berjalan
dengan sangat lambat mendekati semak-semak namun ketika kuda itu meloncat ke
arah tapir itu sang tapir terkejut dan lari sekencang-kencangnya menghindari
menghindari kuda yang memakai kulit harimau itu. Sang kuda kini semakin senang
mengganggu hewan-hewan lainnya dan dia kembali ke semak-semak itu menunggu
hewan lain untuk dia kagetkan.
Kini sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal
itu tidak membuatnya bosan tiba-tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa
seekor tikus dimulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak kucing itu hanya
duduk menyantap tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar, melihat hal itu
sang kuda berinisiatif untuk mengagetkannya dari arah belakang. Kuda itu keluar
dari semak-semak dan berjalan dengan hati hati agar lebih dekat dengan sang
kucing ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum seperti
halnya seekor harimau namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah
suara harimau melainkan suara seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing
menoleh ke belakang dan dia melihat kuda itu dengan kulit harimau namun
bersuara kuda.
Hal itu membuat sang kucing tertawa terbahak-bahak “Apabila
aku melihatmu memakai kulit harimau itu aku akan lari ketakutan tapi auman
suaramu itu tetap bukan suara harimau melainkan suara seekor kuda”.
Pesan Moral dari cerita fabel Kuda yang memakai kulit
harimau ini adalah sepandai-pandainya kita berpura-pura maka suatu saat akan
terlihat juga kebohongannya. Kejujuran merupakan kata yang paling indah di dunia
ini.
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang KUMPULAN Cerita Fabel . Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon