MAKALAH
KERAJAAN ISLAM DI MALUKU
BASIR FIRMANSYAH
DERA AGUSTIN
FRANSISKA SELY
WULAN ANGGRAINI
NANDA SORAYA
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN
KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 4 KEPAHIANG
TAHUN AJARAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pembahasan mengenai kajian sejarah islam Indonesia mendapat porsi yang
besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu kesatuan
kajian sejarah peradaban islam. kalau empat kawasan budaya islam tersebut
termasuk dalam kajian sejarah peradaban dunia islam, maka Indonesia di bahas di
bagian tersendiri. Sejak 17 tahun sesudah rasulullah wafat, cengkeh adalah
salah satu rempah-rempah yang amat menarik hati sejak dari abad ke tujuh.
Maluku adalah tempat tumbuh sendirinya rempah-rempah yang berada di hutan dan
akhirnya ditanami oleh penduduk secara teratur. Di zaman dahulu kala mereka
masih menganut semacam agama syamman yang memuja roh nenek moyang. Sepintas
lalu kita akan menolak saja dongeng yang demikian. Tetapi jika kita berfikir
bahwasannya di dalam abad kesepuluh dan kesebelas itu sudah damai perniagaan
cengkeh ke Maluku itu oleh orang arab dan persi, tidaklah jauh kemungkinan
bahwa mereka telah datang kesana pada waktu itu.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja kerajaan Islam yang ada di Maluku?
2. Siapa raj-raja yang pernah memerintah di kerajaan Ternate dan Tidore?
3. Bagaimana masa kejayaan di kerajaan Ternate dan Tidore?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan
Islam Di Maluku
Islam masuk ke Maluku pada abad ke 15 sekitar tahun 1460, raja Ternate
memeluk agama islam yaitu Fongi Tidore. Namun, menurut Taufik dalam Yatim
berpendapat raja pertama yang muslim yaitu Zainal‘Abidin, pada masa itu
perdagangan muslim meningkat dan para pedagang ingin belajar tentang islam pada
madrasah giri. Di Giri, ia dikenal dengan raja cengkeh. Selain itu ia juga
dikenal sebagai penyebar utama Islam di Maluku.[1] Berita Portugis juga mengungkapkan
hubungan antara Jawa dan Maluku. Menurut Pires dalam daliman raja-raja Maluku
mulai masuk Islam sekitar 1460-1465, sedangkan menurut Antonio Galfao Islam
masuk sekitar 1540-1545.[2]
Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat
perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas
wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang
berada di Maluku meliputi:
1. Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku. Namun, karena
penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak maka ketiga daerah itu lebih
menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321. Wilayahnya meliputi; sebagian
Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya Islam di kerajaan ini, tidak
lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia Husin, Patih Putah dan Syekh
Mansur.[3]
2. Kerajaan Bacan
Raja
pertama dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul Abidin yang memeluk agama
Islam sejak 1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja dalam pemerintahannya
didampingi oleh seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya meliputi; Kepulauan
Bacan, Obi, Waigeo, Solawati dan Irian Barat (Papua).[4]
Raja-raja
yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu; Sultan Darajati, Fataruba,
Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan Sultan Hasanuddin (memeluk
Islam).[5]
3. Kerajaan Ternate
Pada awalnya penduduk
Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya, di
Ternate, terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang
momole (kepala marga). Mereka itulah yang mengadakan hubungan dengan para
pedagang yang datang dari segala penjuru untuk mencari rempah-rempah. Mereka
jugalah yang mendirikan kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Penduduk
ternate semakin ramai sebab banyaknya para pedagang yang bermukim disana, mulai
dari pedagang arab, jawa, melayu dan tionghoa. Dengan hal ini, menyebabkan
datangnya para perampok sehingga muncullah ide para momole untuk mengangkat
seorang raja tunggal.
Raja terpilih yaitu
Baab Mashur Malamo beliau menjadikan kerajaan gapi berpusat di kampung ternate
sehingga orang-orang lebih suka mengatakan kerajaan ternate.[6] Berkembangnya kerajaan
Ternate menimbulkan iri hati terhadap kerajaan di sekelilingnya. Timbullah
sengketa antara Ternate dan Tidore., Bacan dan Jailolo. Dengan hal ini,maka
diadakan sebuah persetujuan yaitu Persetujuan Motir. Persetujuan ini menyatakan
bahwa Raja Jailolo akan menjadi raja utama, sebab ialah raja tertua, diikuti
raja Ternate, Tidore dan Bacan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab Ternate
berhasil menempatkan diri sebagai raja utama. Pada akhir abad ke-16, Ternate
berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya.
Islam masuk di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja Zainal Abidin yang
sempat belajar di Giri. Kemudian, setelah ia kembali di Maluku, ia bertemu
dengan Patih Puta yang sudah menganut agama Islam. Kemudian, mereka bekerja
sama dengan Mubaligh Datuk Mulia Husin untuk mengembangkan Islam sampai ke
Kerajaan Jailolo. Tak lama kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal ini
membangkitkan pertentangan di Ternate, baik dari segi perdagangan maupun
persaingan agama. Portugis membawa agama Kristen yang ditanamkan oleh
Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku. Dengan hal ini, mengakibatkan
orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk melawan Portugis sehingga
jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.[7]
4. Kerajaan Tidore
Tidore dikenal dengan
nama Kie Duko, yang diartikan sebagai pulau bergunung api. Kerajaan tidore
berpusat pada wilayah kota tidore (mauku utara). Pendiri pertama kerajaan
tidore yaitu jou kolano sahjati.Menurut catatan Portugis, Tidore berdiri sejak
Jou Kolano Sahjati naik tahta. Namun tidak diketahui pusat kerajaannya ada
dimana. Sejak awal berdirinya Tidore sampai raja ke-4, pusat Kerajaan Tidore
belum bisa dipastikan keberadaannya. Barulah pada masa raja Kolano Balibunga
pusat kerajaan diketahui yaitu di Balibunga. Di kerajaan Tidore sempat beberapa
kali terjadi perpindahan ibu kota atau pusat kerajaan, banyak sekali faktor
yang mempengaruhinya mulai dari pergantiannya seorang raja, wilayahnya yang
luas bahkan menjauhi dari serangan para musuh serta untuk tujuan dakwah.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur di Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu
untuk mengimbangi Ternate yang bersekutu dengan Portugis.[8] Kedatangan Spanyol diprotes oleh
Portugis karena dianggap telah melanggar Perjanjian Tordesillas pada 1494.
Pertikaian Portugis dan Spanyo memperlemah kedudukan Tidore dan
Ternate, misalnya perebutan Benteng Spanyol di Tidore. Akhirnya, pertikaian ini
di akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian Tordesillas yang mempertegas
bahwa kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.[9]
Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling
terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC
terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain
kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun
ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda. Hal ini,terjadi
pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku memberi kebebasan kepada Inggris untuk
menguasai Ambon dan Banda serta mengadakan perjanjian damai dengannya.[10]
B. Raja-Raja di Kerajaan Maluku
Adapun
raja-raja di kerajaan Ternate sebagai berikut:
1. Baab Mashur Malamo
2. Jamin Qadrat
3. Komala Abu Said
4. Bakuku (Kalabata)
5. Ngara Malamo (Komala)
6. Patsaranga Malamo
7. Cili Aiya (Siding Arif Malamo)
8. Panji Malamo
9. Syah Alam
10. Tulu
Malamo, Dll.[11]
Adapun
raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai berikut:
1. Sultan Nuruddin
2. Sultan Hasan Syah
3. Sultan Cirililiat Alias Jamluddin
4. Sultan Mansyur
5. Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6. Sultan Rijali Mansur
7. Sultan Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8. Sultan Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin Arifin
9. Sultan Fola Madjino Alias Zainuddin
10. Sultan
Ngora Malamo Alias Alaudin, Dll.[12]
C. Masa Kejayaan Ternate dan Tidore
1. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berada pada masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan
Baabullah yang dapat meluaskan wilayah kekuasaanTernate yaitu meliputi;
batas-batas di utara sampai Mindanao, di Selatan sampai Bima, di Timur sampai
Irian Barat (Irian Jaya) dan di sebelah Barat sampai Makassar.[13]
2. Masa kejayaan kerajaan
Tidore
Pada
masa Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan pesat. Mulai dari wilayah
kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik. Menurut catatan sejarah Tidore,
Sultan Nuku yang member nama pulau-pulau wilayah kekuasannya, adapun nama-nama
pulau yang hingga saat ini masih memakai nama Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro,
Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat
perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas
wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang
berada di Maluku ada 4 yaitu: Kerajaan Jailolo, Kerajaan Bacan, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore. Setelah Spanyol mundur
dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku.
Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore
menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda
juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini
dengan membantu mengusir Belanda.
Daftar Pustaka
Abimanyu, Soedjipto.
(2014). Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara. Cet.
1. Jogjakarta: Laksana.
Daliman. A.
2012. Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia.
Yogyakarta: Ombak.
Hamka.
(1981). Sejarah Umat Islam Jilid IV. Cet. 3. Jakarta: Bulan
Bintang
Yatim, Badri.
(2010). Sejarah Peradaban Islam. Cet. 22. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
[1]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
Cet. 22, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 222.
[2]A. Daliman, Islamisasi Dan Perkembangan
Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: ombak, 2012), hlm.
210-211
[3]Ibid., hlm. 211-212.
[4]Ibid., hlm. 216.
[5]Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid IV,
cet. 3, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hlm. 216.
[6]Soedjipto Abimanyu, Kitab Sejarah
Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, cet. 1, (Jogjakarta: laksana,
2014), hlm. 164.
[7]A. Daliman, Islamisasi
dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia, hlm. 212-215.
[8]Soedjipto Abimanyu, Kitab Sejarah
Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, cet. 1, hlm. 171.
[9]A. Daliman, Islamisasi
dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia, hlm. 216.
[10]Soedjipto Abimanyu, Kitab Sejarah
Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, cet. 1, hlm. 171.
[11]Ibid., hlm. 165.
[12]Ibid., hlm. 172-173.
[13]A. Daliman, Islamisasi
dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia, hlm. 212-215.
[14]Soedjipto Abimanyu, Kitab Sejarah
Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, Cet. 1, hlm. 171.
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang MAKALAH KERAJAAN ISLAM DI MALUKU. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon