MAKALAH
DAULAH DINASTI UMAYYAH DI
ANDALUSIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
2
ANDINI
EVAN KURNIAWAN
BALQISE
FLORENCIA
FICRAN
YUANSAH
INDAH
SUNDARI
MARYANDA
ROLEN ATIKA
RIRIN
OKTAPIANI
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN KEBUDAYAAN
SMP
NEGERI 04 KEPAHIANG
TAHUN
AJARAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari banyaknya buku sejarah yang
kita baca dan informasi-informasi yang kita telah dapatkan, para ahli sejarah
telah mencatat banyak hal tentang perkembangan peradaban Islam khususnya
pertengahan abad ke-8 M hingga permulaan abad ke-13 M. Sejarah peradaban islam
telah dicatat dalam sejarah, bahwa pada masa tersebut Islam pernah mengalami
masa kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai
kemajuan-kemajuan dalam banyak bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, teknologi dan masih banyak yang lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi
baik dari Daulah Islam di Timur (Daulah Abbasiah) yang berpusat di Baghdad
maupun Islam di Barat (Daulah Umayyah) yang berpusat di Cordoba.
Di masa khilafah Bani Umayyah
yang berumur kurang lebih 90 tahun telah mencapai keberhasilan ekspansi ke
berbagai daerah, baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam
yang benar-benar sangat luas. Pada zaman khalifah al-Walid Ibn al-Malik, salah
satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai
menaklukan semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah
Spanyol dan Portugal. Sejak awal abad 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut
dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun, sejak tahun 711
M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan
Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah
ini dikenal dengan Andalusia.
Spanyol merupakan tempat paling
utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam dan
hasil-hasil kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, social,
perekonomian, maupun peradaban antarnegara. Orang-orang eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains.
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi
kepada khazanah ilmu pengetahan Islam yang berkembang di periode klasik.
Maka pada makalah ini, kami akan
mencoba membahas secara gamblang mengenai bagaimana peradaban Islam di
Andalusia. Tentu Islam membawa banyak peranan penting bagi khazanah peradaban
di Andalusia (Spanyol). Banyak perubahan-perubahan drastis setelah masuknya
Islam di Andalusia yang patut kita tahu dan cermati sebagai pemikir umat Islam.
Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, tetapi
saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Dalam bab pembahasan makalah ini,
sebelum kami mengkaji kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia, tidak ada
salahnya kita perlu meninjau terlebih dahulu tentang situasi di Andalusia
sebelum Daulah Umayyah berdiri disana. Untuk itu, kami memaparkan di dalam makalah
kami secara gamblang tentang hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah:
Bagaimana proses masuknya islam
di Andalusia?
Bagaimana perkembangan peradaban
dan pemerintahan politik di Andalusia sebelum dan sesudah masuknya islam?
Bagaimana system pemerintahan
masa-masa kekhalifaan di Andalusia?
Apa faktor-faktor penyebab
keruntuhan kekuasaan islam di Andalusia?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memberikan pengetahuan keislaman dalam peradaban Andalusia
setelah masuknya Islam bagi para pembaca. Dimana kita bisa cermati perbedaan
peradaban antara sebelum masuknya Islam dan sesudah masuknya Islam di
Andalusia.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat bermanfaat untuk menjadi bahan penambah informasi tentang peradaban
Islam, khususnya peradaban Islam di Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Proses Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang
meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan
ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika.
Bangsa Grit tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di
seberang selat sempit itu terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang
kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan atlantik.[1]
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507 M,
didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan
Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada
masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol diduduki oleh umat Islam
pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari
dinasti umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman
Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin
Nu’man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid,
Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu,
Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan
setia dan berjanji akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka
lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol
ada 3 pahlawan Islam yang memimpin pasukan kesana yakni Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan
penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia adalah Tariq ibn Ziyad. Ia yang telah
memimpin pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta (Jabal
Thariq) menuju ke semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M,
mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah
7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang memang tak sebanding dengan
tentera pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada
akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja
Foderick di Bakkah dan menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada,
Toledo dan hingga akhirnya menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Kemenangan-kemenangan Islam terlihat nampak begitu mudah. Tentu hal ini
didorong oleh faktor-faktor baik karena tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam
yang kuat, kompak dan penuh percaya diri dan juga didorong oleh faktor-faktor
yang menguntungkan Islam yakni kondisi sosial, politik dan ekonomi Spanyol yang
buruk pada waktu itu.
II.2 Perkembangan Politik
Pada waktu Bani Umayyah (661-750
M) yang berpusat di Damaskus jatuh pada tahun 132 H (750 M) dan digantikan
oleh Bani Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. Pada saat itu terjadi
pembunuhan massal serta pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah,
terdapat seorang amir yang dapat meloloskan diri dan selamat dari pembantaian,
ia bernama Amir Abdurrahman bin Muawiyyah bin Hisyam bin Abdil Malik. Ia
memasuki Mesir, Barca (Libya), dan Afrika Utara. Selama berjuang selama tidak
kurang dari enam tahun, Abdurrahman berhasil memasuki Andalusia.
Pada awalnya, amir yang memegang
kekuasaan terakhir di Andalusia menjelang tahun 138 H (756 M) adalah seorang
wali Yusuf ibnu Abdirrahman Al-Fihri dari suku Mudhari yang ditunjuk oleh
Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun
740an M, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah.
Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut,
menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi
penguasa Kordoba sehingga ia dijuluki “Abdurrahman Addakhil” dengan gelar
Amir Kordoba (Abdurrahman I). Dapat dikatakan bahwa Abdurrahman I merupakan “founding
father” Daulah Umayyah di Andalusia dan sekaligus sebagai peletak dasar
kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia.[2]
II.3. Periode Kekuasaan/ Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam
menginjakkan kaki di daerah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memiliki
peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam. Islam di
Spanyol berjaya dan berkuasa selama tujuh setengah abad dan itu merupakan waktu
yang sangat lama untuk mengembangkan Islam. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah
panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam beberapa periode:[3]
1.
Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna, berbagai
gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan diantara elit
penguasa. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antar khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan
yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol
yang tinggal di daerah pegunungan.
2.
Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir
yang pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan
diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan dari
bani umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani
Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.
Pada periode ini, umat Islam mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang
politik atau pun peradaban. Islam pada saat itu mulai mengalami perkembangan
yang begitu dashyat dan mampu memperluas wilayah kekuasaannya di daerah
Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan mesjid cordova dan sekolah-sekolah di
kota-kota besar di Spanyol.
3.
Periode ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan abdurrahman III yang
bergelar “An-Nasir” sampai munculnya raja-raja kelompok (Muluk
al-thawaif). Pada periode ini spanyol diperintah oleh penguasa dengan khalifah.
Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejaaan
yang menyaingi daulah Abbasiyah di baghdad. Abdurrahman An-Nashir
mendirikan Universitas Cordoba. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku.
Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang
tinggi.
Abdurrahman III adalah seorang raja yang teramat sangat lama memerintah
50 tahun lamanya. 50 tahun dia membela kerajaan yang telah didirikan nenek
moyangnya. Masa pemerintahan Abdurrahman III adalah masa yang amat gemilang
dalam sejarah Arab Spanyol. Segala pemberontakan di padamkan, perpecahan
disatukan disatukan kembali, perselisihan di hapuskan. Pada saat pemerintahan
Abdurrahman III, islam telah sanggup mempertahankan kekuasaan arab di Spanyol.
Ia juga meninggalkan jejak besar dalam sejarah tidak saja di semenanjung Iberia
tetapi juga seluruh Eropa.
Setelah masa kekhalifahan Abdurrahman III yang dilanjutkan oleh
puteranya, Al-Hakam II (961-976 M) dan putera Al-Hakam II, Hisyam II (976-1009
M). Namun, ketika Hisyam menduduki kepemimpinan dalam usia 11 tahun merupakan
awal dari kehancuran Bani Umayyah di Spanyol. Hingga pada tahun 1013 M, Spanyol
sudah terpecah menjadi negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4.
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah
menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan
atau Al-mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti
sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.
Pada periode ini umat islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian
intern. Ironisnya jika itu terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak
yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walau pun
demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan
perlindungan dari istana ke istana yang lain.
5.
Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Islam di Spanyol meskipun masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan dinasti
marurabithun (1086-1143 M) dan dinasti muwahhidin (1146-1235 M):
a.
Dinasti Murabitun
Dinasti murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang kuat dan
besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika Utara. Pada
tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di marakesy. Dan
akhirnya, islam dapat memasuki Spanyol dan dapat menguasainya. Dalam
perkembangannya selanjutnya, pada dinasti ini dipimpin oleh penguasa-penguasa
yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah Saragossa dapat dikuasai oleh kaum
Kristen pada tahun 1118 M. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini digantikan
oleh dinasti Muwahhidun.
b.
Dinasti Muwahhidun
Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang didirikan oleh Muhammad
ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan kecil-kecil yang kuat
yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini datang ke
Spanyol dibawah pimpinan Abd-Al-Mun’im. Dinasti ini mengalami banyak kemajuan
dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova, Almeria, dan Granada jatuh dibawah
kekuasaannya. Akan tetapi dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dimana pada
tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil memperoleh kemenangan di Las Navas de
Tolesa. Dalam kondisi demikian umat muslim tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan kristen yang besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke
tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh
wilayah Spanyol islam lepas dari tangan penguasa islam.
6.
Periode keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini hanya berkuasa di granada di bawah Dinasti Ahmar atau
daulat Nasriyah (1232-1492 M). Dinasti ini yang mendirikan istana
Alhambara di kota Granada tu. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di
zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti merupakan
pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang
istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abbdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi
raja. Ia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu,
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian
meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa ini Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah
naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
yaitu negeri Aragon dan Castillia melalui perkawinan. Setelah bersatu, mereka
mempersatukan kekuatan memerangi kerajaan Granada pada tahun 1492 M. Namun,
pada akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut
sehingga pada akhirnya Abu Abdullah kalah dalam peperangan tersebut. Abu
Abdullah akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella,
sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara.
Dengan
jatuhnya kerajaan Bani Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun
1492 M sampai tinggal sisa-sisanya yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di Roma
untuk memeluk agama Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan terpaksa,
ada yang dibunuh dan ada yang masih tetap memeluk agama nenek moyangnya dengan
diam-diam. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di
wilayah ini. Walau pun islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama
hampir tujuh setengah abad lamanya.
II.4 Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia
1.
Perkembangan Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd
al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan yang megah
diantaranya:
al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang didalamnya terdapat
gedung-gedung istana megah.Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di
sebelah barat laut Cordova.
Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih
tegak.
Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325
H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan
air mengalir ditengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah,
taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan.[4]
2.
Perkembangan Ekonomi
Perkembangan
baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan abad
ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola
negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang
dapat diperjual-belikan , meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara,
buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol
memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran hancurnya penguasaan armada
Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah. Beberapa kota seperti seville dan
Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan
perdagangan internasional.
3.
Perkembangan Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam
telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi bagi kebangunan
budaya Barat. Kebangkitan intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi
setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak
ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke
dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa Arab untuk dapat
menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan.
Banyak sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk belajar dan
mendalami buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah mencatat
satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Sains
dan Teknologi.[5]
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan
Selatan), al-Muwalladun (orang-orang spanyol yang masuk Islam),
Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk
daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan
dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen
Mujareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan sumbangan intelektual
terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan
llmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.[6] Disamping
dari faktor kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong negeri
Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya
banyak menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini uraian mengenai perkembangan
intelektual di masing-masing bidang:
a.
Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memberikan
sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai pengaruh terbesar terhadap
kontribusi ilmu pasti diantara semua penulis di abad pertengahan. Ia menulis
buku al Jabr wa al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua dan
al-Khwarizmi merupakan orang pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan
aljabar.[7]
Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal dalam ilmu astronomi
adalah Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang.[8].
Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari
Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu.
b.
Matematika
Ilmu
eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan adanya
perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang Arab berasal dari buku
India yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari
(154 H/ 771 M).[9] Dengan
perantara buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan
angka-angka India seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di
Eropa lebih dikenal dengan angka Arab.
c.
Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat.
Minat filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa
Khilafah Bani Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).[10]Karya-karya
ilmiah dan filosofis dalam jumlah besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova
menjadi perpustakaan dan universitas besar yang dapat menyaingi Baghdad sebagai
pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol
banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad ibn al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke
Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi dalam masalah yang
dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum opusnya adalah
tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya
filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.[11]
Abad
12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat
di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal sebagai komentator
pikiran-pikiran Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki
ciri kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah tentang keserasian filsafat
dan agama. Sedang al-Kindi terkenal dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan
Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.[12]
d.
Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar
kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M), telah
menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics.
Selain itu, terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang Barat-Latin
disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran berjudul al-Hawi. Buku
tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi dari
Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan judul Continens atas perintah
Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban dari Persi, Yunani
dan Hindu, dan hasil-hasil penyelidikan.
Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu
al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau adalah
seorang ahli bedah terkenal dan menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013
M. Di antara karyanya yang terkenal adalah al-tasrif terdiri dari 30 jilid.
Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga
ahli dalam bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat
al-Thib.
Dokter islam lain yang terkenal adalah Ibnu Sina (Avecinna). Ia menulis
buku yang berjudul al-Qonun fit-Thib, diterjemahkan dalam bahasa Latin
dengan judul Qonun of Medicine dan menjadi buku pegangan
diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir dari abad 15. Buku
kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medica memuat kira-kira 760
macam ilmu dipakai pedoman terutama di Barat. Dikatakan oleh William Osler,
bahwa diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu Sina lah yang tetap merupakan
dasar ilmu ketabiban untuk masa yang paling lama.[13]
e.
Sastra
Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh kemajuan bahasa pada waktu
itu. Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol baik oleh orang-orang Islam maupun non-islam. Bahkan, penduduk asli
Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan
mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa.
Karya-karya sastra yang banyak bermunculan, seperti al-‘Iqd al-Farid karya
Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn
Bassam, kitab al-Qalaid karya al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi
yang lain.[14]
f.
Sejarah
Dalam
bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya ilmu sejarah ternyata juga memberikan
sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu Khaldun,
melalui karya Muqaddimah-nya, dialah yang pertama kali mengemukakan teori
perkembangan sejarah, baik berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim,
maupun kekuatan moral dan ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan
hukum kemajuan dan keruntuhan bangsa, maka Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai
pencipta ilmu baru, karena tak ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai
pandangan sejarah yang sejelas itu dan mengulasnya secara filsafat.
Buku Muqaddimah Ibnu Khaldun menjadi tumpuan studi para ahli Barat
dan ahli-ahli lainnya, dan kebebasan Ibnu Khaldun diakui oleh sejarawan Toynbee.[15]
II.5 Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia
Dalam masa
kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu lama tentu memberikan catatan besar
dalam mengembangkan dan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
peradaban dunia. Namun, sejarah panjang yang telah diukir kaum muslim menuai
kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
1.
Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di
Andalusia dalam melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa
kekuasaan setelah al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah
sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan ketundukan kerajaan-kerajaan kristen
dibawah kekuasaan kristen hanya dengan membayar upeti saja, sudah cukup puas
bagi mereka. Mereka membiarkan umat Kristen menganut agamanya dan menjalankan
hukum adat dan tradisi kristen, termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan senjata.
Namun, kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga
malah memperkuat nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi salah
satu penyebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari
pertentangan antara Islam dan Kristen. Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam
Andalusia mengalami kemunduran, sedang umat Kristen memperoleh kemajuan pesat
dalam bidang IPTEK dan strategi perang.
2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Hal ini terjadi hingga abad ke-10
atas perlakuan para penguasa muslim sebagaimana politik yang dijalankan Bani
Umayyah terhadap para mu’allaf yang berasal dari umat setempat. Mereka
diperlakukan tidak sama seperti tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya.
Kenyataan ini ditandai dengan masih diberlakukannya
istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai
merendahkan.
Akhirnya kelompok-kelompok etnis
non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak
perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di
Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada ieologi pemersatu yang mengikat
kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan
kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani Umayyah.
3.
Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para
penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam,
sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi
yang memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer.
Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya musim paceklik dan membuat para
petani tidak mampu membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak
terkendali oleh para penguasa muslim.
4.
Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan
Kekuasaan
merupakan hal yang menjadi perebutan diantara ahli waris. Karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada yang
awalnya menjadi pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol akhirnya jatuh ke
tangan Ferdinand dan Isabella.
5.
Keterpencilan
Spanyol
Islam bagaikan negeri terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang
sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak
ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.[16]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Andalusia, sebuah negeri yang
meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat Islam pada awal
perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak perhatian besar
dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena penguasaan Islam
terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah menunjukkan
bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari tahapan awal proses
masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki oleh khalifah-khalifah dalam
setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap periodenya. Tentu, hal ini
banyak memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat
Islam. Dimana pada akhirnya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa
selama tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat lama
untuk mengembangkan Islam.
Namun, di balik usaha keras umat
Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian abad itu, umat Islam menghadapi
kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika, umat Islam diterpa
serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-sampai umat Islam tidak kuasa
menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang semakin kuat itu. Sehingga pada
akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu berakhirlah kekuasaan
Islam di Spanyol.
Demikianlah Islam di Andalusia,
walaupun pada akhirnya berakhir dengan kekalahan, namun islam muncul sebagai
suatu kekuatan budaya dan sekaligus menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam
segala ragam dan jenisnya. Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebangunan
peradaban dan kebudayaan baru Barat. Sumbangan Islam itu telah menjadi
dasar kemajuan Barat terutama dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sains dan
teknologi, astronomi, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang MAKALAH DAULAH DINASTI UMAYYAH DI ANDALUSIA. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon