MAKALAH
SEJARAH SEBELUM MENGENAL
TULISAN
DAN
TERBENTUKNYA
KEPULAUAN DI INDONESIA
DISUSUN
OLEH :
DIAH
NOVITA SARI
YUDITA
OKTARINA
ROLIN
BINTANG
M
NARAYONA
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN KEBUDAYAAN
SMA
NEGERI 2 KEPAHIANG
TAHUN
AJARAN
2018/2019
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Sekolah.
Tugas Sekolah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga
Tugas Sekolah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Kepahiang, .....................2018
Kepahiang, .....................2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman sebelum mengenal tulisan atau
biasa disebut dengan zaman Pra – Aksara. Pra memiliki arti sebelum dan Aksara
berarti tulisan. Zaman Pra Aksara atau zaman sebelum mengenal tulisan atau
Nirleka merupakan istilah yang sering digunakan untuk menuju pada masa dimana
catatan yang tertulis bemum tersedia, hal ini berarti zaman Pra Aksara ini
merupakan masa sebelum ditemukannya tulisan atau sebelum manusia dan makhluk
bumi mengenal tulisan. Setiap wilayah memiliki masa pra aksaranya tersendiri
seperti Mesir kuno yang berakhir pada 3000 tahun sebelum masehi pertama kalinya
ditemukan peninggalan sejarah tertulis berupa huruf hiorogliph, sedangkan di
Indonesia sendiri peninggalan sejarah tertulis yang memiliki usia paling tua
ditemukan pada prasasti yupa peninggalan kerajaan Hindu Kutai pada abad ke 5
atau sekitar 400 an Masehi.
Ketika tidak adanya atau tidak
ditemukannya peninggalan sejarah berupa tulisan, maka sumber sejarah untuk
mengungkap keberadaannya dapat diketahui dengan peninggalan sejarah berupa
artefak atau fosil.
1.2 Rumusan masalah
Dari
latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
keadaan sebelum mengenal tulisan?
2. Bagaimana
proses terbentuknya kepulauan Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
menjabarkan dan menjelaskan gambaran keadaan sebelum mengenal tulisan.
2. Untuk
menjabarkan dan menjelaskan proses terbentuknya kepulauan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, semua manusia awalnya
buta tulisan (tidak bisa menulis dan membaca). Namun, sesuai dengan
perkembangan otak manusia dan peradaban, manusia akhirnya bisa menulis dan
membaca. Berkaitan dengan tulisan ini, maka kehidupan manusia dalam ilmu
sejarah (ilmu yang mempelajari kehidupan masa lalu manusia) dapat dibedakan
atas masa Praaksara dan masa Sejarah. Untuk materi kali ini, kita akan
berbicara tentang masa praaksara.
2.1 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan
"Praaksara" adalah istilah
baru untuk menggantikan istilah "prasejarah". Penggunaan istilah
prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia
sebelum mengenal tulisan dianggap kurang tepat. Kata "prasejarah"
terdiri atas dua kata, yaitu kata "pra" artinya sebelum dan kata
"sejarah" yang bermakna aktivitas manusia di masa lalu. Jadi, kata
prasejarah bermakna sebelum ada aktivitas manusia. Padahal pada kenyataannya,
manusia pada saat itu sudah memiliki sejarah dan kebudayaan, meskipun belum
mengenal tulisan.
Adapun kata "praaksara"
juga terdiri atas dua kata, yaitu "pra" dan "aksara". Kata
"pra" berarti sebelum, sedangkan kata "aksara" berarti
tulisan. Dengan demikian, praaksara dapat didefinisikan sebagai masa kehidupan
manusia sebelum mengenal tulisan. Oleh karena itu, prasejarawan sepakat untuk
lebih menggunakan kata praaksara daripada menggunakan kata prasejarah untuk
mengungkap kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Selain prasejarah, ada
istilah lain yang mirip dengan arti praaksara, yaitu nirleka. Kata "nir" artinya tanpa dan kata "leka" artinya
tulisan.
Awal mula peradaban manusia dimulai
dengan banyak keterbatasan hingga semakin hari semakin sempurna dan terus
tambah sempurna. Namun tentunya karena pada zaman tersebut belum mengenal
tulisan maka sejarahnya tentu kita dapatkan berdasarkan penemuan-penemuan yang
berupa artefak-artefak yang tertimbun di dalam berbagai lapisan tanah. Bisa
berupa perkakas untuk mengolah makanan, untuk berburu, dll sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan manusia purba dulu. Di Indonesia sendiri terdapat
beberapa tahap perkembangan Indonesia di zaman prasejarah atau sejarah Indonesia
berikut penjelasannya.
2.1.1 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan Di Zaman Batu Tua
Zaman ini disebut juga dengan zaman
Palaeolithikum. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada zaman ini
kita dapat melihat kebudayaan pacitan dan kebudayaan Ngandong. Dua kebudayaan
yang memiliki perbedaan dari alat-alat yang digunakan untuk membantu mereka
dalam mempertahankan hidup. Benarkah Atlantis yang Hilang Ternyata Indonesia?
Pada kebudayaan pacitan ditemukan peralatan yang berhubungan dengan berbagai
jenis kapak. Mulai dari kapak genggam, kapak perimbas, dan kapak penetak.
Sementara pada kebudayaan Ngandong yang ditemukan adalah berbagai perkakas yang
berhubungan dengan flakes dan berbagai peralatan yang terbuat dari tulang.
Dari dua kebudayaan tersebut kita
dapat menyimpulkan ciri kehidupan mereka yang hidup pada zaman ini adalah
sebagai berikut:
1. Melihat berbagai jenis kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan dan
tekstur yang kasar maka kita bisa mengetahui bahwa mereka belum memiliki rasa
estetika.
2. Karena pada zaman ini belum ditemukan alat yang dapat digunakan untuk
menggemburkan tanah maka dapat dipastikan bahwa pada zaman ini mereka belum
mengenal bercocok tanam.
3. Tulang-tulang yang ditemukan sebagai perkakas menandakan bahwa pada zaman
ini mereka bertahan hidup dengan cara yang sangat tradisional yaitu berburu dan
makan buah-buahan serta berbagai jenis umbi. Itulah sebabnya mereka selalu
berpindah ke tempat yang lain ketika persediaan makanan mereka sudah mulai habis
atau dikenal dengan istilah nomaden
4. Mereka juga hidup di sekitar sumber air. Alasannya karena sumber air adalah
area aman yang sudah pasti tersedia banyak hewan dan juga tumbuh-tumbuhan untuk
menjadi makanan mereka.
5. Masa perburuan yang berbahaya membuat mereka hidup berkelompok.
6. Mereka juga menemukan api yang bisa mejadi alat untu perlindungan mereka
selain untuk mengolah bahan makanan yang akan mereka makan.
6.
2.1.2 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan di Zaman Batu Tengah
Zaman ini dikenal juga dengan zaman
Mesolithikum. Pada zaman ini perburuan dan pengumpulan makanan sudah dilakukan
dengan cara yang lebih baik lagi. Hal ini dapat kita lihat dari kebudayaan
Kjokkenmoddinger yang berarti “sampah dapur” dan Abris Sous Roche yang berarti
“gua-gua” yang menjadi tempat tinggal mereka. Berdasarkan artefak-artefak yang
ditemukan pada sepenggal perode zaman sejarah Indonesia sebelum mengenal
tulisan ini maka kita dapat melihat ciri kehidupan mereka sebagai berikut:
1. Dari Kapak Sumatera yang ditemukan dengan bentuk lebih beraturan dan halus
pada kapak genggam maka dapat dipastikan pada zaman ini mereka sudah mengenal
estetika.
2. Dari gundukan sampah dapur mereka yang tinggi menjadi petunjuk bahwa mereka
sudah hidup menetap walaupun sifatnya sementara namun dalam kurun waktu yang
cukup lama.
3. Berbagai peralatan yang dtemukan di gua-gua menandakan bahwa gua-gua ini
dijadikan tempat menetap mereka yang hidup pada zaman ini.
2.1.3 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan di Zaman Batu Muda
Zaman ini dikenal pula dengan Zaman
Neolithikum. Pada zaman ini kehidupan mereka sudah mulai menyebar hingga
berbagai artefak sudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Mulai dari
Kapak persegi berleher yang ditemukan di Minahasa, perhiasan berbentuk kalung
dan batu indah yang ditemukan di Jawa, Periuk Belaga yang ditemukan tidak hanya
di Jawa tapi juga di Sumatera dan Sunda.
Dari peralatan yang digunakan oleh
manusia pendukung zaman ini yaitu Austronesia dan Austro-Asia maka kita dapat
menemukan ciri kebudayaan mereka:
1. Dari penyebaran berbagai artefak pada
zaman ini maka dapat dipastikan bahwa mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya
pada tempat mereka tinggal. Mereka sudah tinggal menetap berkelompok di
berbagai area di wilayah Indonesia.
2. Ditemukannya perkakas untuk bercocok
tanam menandakan bahwa mereka sudah mengenal cocok tanam dan hidup dari hasi
bercocok tanam untuk sumber makanan mereka selain hasil berburu.
3. Dari hasil ciptaan mereka baik berupa
benda-benda yang merupakan peralatan kerja, memasak hingga pakaian yang mereka
buat menandakan bahwa mereka juga sudah mengenal rasa estetika. Tidak hanya
fungsi yang mereka utamakan tapi juga keindahannya.
4. Wujud rasa estetika yang mereka
tunjukan terlihat jelas pada berbagai perhiasan yang ditemukan. Benda-benda
yang dibuat tanpa fungsi pertahanan hidup melainkan untuk mempercantik diri.
2.2 Sejarah Terbentuknya Kepulauan
Indonesia
Bumi kita yang terhampar luas
ini diciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta untuk kehidupan dan kepentingan hidup
manusia. Di bumi ini hidup berbagai flora dan fauna serta tempat bersemainya
manusia dengan keturunannya. Di bumi ini kita bisa menyaksikan keindahan alam,
kita bisa beraktivitas dan berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun
harus dipahami bahwa bumi kita juga sering menimbulkan bencana. Sebagai contoh
munculnya aktivitas lempeng bumi yang kemudian melahirkan gempa bumi baik
tektonis maupun vulkanis, bahkan sampai menimbulkan tsunami. Sebagai contoh
tentu kamu masih ingat bagaimana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, gempa
bumi di Yogyakarta, di Papua dan beberapa di daerah lain, termasuk beberapa
gunung berapi meletus. Bencana tersebut telah mengakibatkan ribuan nyawa hilang
dan harta benda melayang.
Fenomena alam yang terjadi itu
merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita sejak proses
terjadinya alam semesta ratusan bahkan ribuan juta tahun yang lalu. Proses
tersebut secara geologis mengalami beberapa tahapan atau pembabakan waktu.
Berikut ini kita mencoba menelaah tentang pembabakan waktu alam secara geologis
dan bagaimana Kepulauan Indonesia terbentuk.
Ada banyak teori dan penjelasan
tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos sampai kepada penjelasan agama dan
ilmu pengetahuan. Kali ini kamu belajar sejarah sebagai cabang keilmuan,
pembahasannya adalah pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi ilmiah,
yang kiranya juga tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama. Salah satu di
antara teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah Teori “Dentuman Besar”
(Big Bang), seperti dikemukaan oleh sejumlah ilmuwan, seperti ilmuwan besar
Inggris, Stephen Hawking. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya
berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Jika digunakan
teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan terlihat ruang jagad raya
itu luasnya mencapai radius 500.000.000 tahun cahaya. Gumpalan gas itu suatu
saat meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang
terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan
kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energi berupa proton,
neutron dan elektron, yang bertebaran ke seluruh arah.
Ledakan dahsyat itu menimbulkan
gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung ke seluruh
penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-bintang, matahari, planet-planet,
bumi, bulan dan meteorit. Bumi kita hanyalah salah satu titik kecil saja di
antara tata surya yang mengisi jagad semesta. Di samping itu banyak planet lain
termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya.
Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet bumi. Bintang-bintang
berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antarbintang berjauhan letaknya di
angkasa. Ada juga ilmuwan astronomi yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang
itu tak ubahnya seperti sekumpulan anak ayam, yang tak mungkin dipisahkan dari
induknya. Jadi di mana ada anak ayam di situ pasti ada induknya. Seperti halnya
dengan anak-anak ayam, bintang-bintang di angkasa tak mungkin gemerlap
sendirian tanpa disandingi dengan bintang lainnya. Sistem alam semesta dengan
semua benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar
secara teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing.
Selanjutnya proses evolusi alam
semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai berjuta tahun.
Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat
panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis.
Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya
gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses
evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.
1. Azoikum (Yunani: a= tidak; zoon= hewan), yaitu zaman sebelum adanya
kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi.
Waktunya lebih dari satu miliar tahun lalu.
2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan
fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan
mamalia(menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada.
Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang
lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersierdan Quarter). Zaman
es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.
Merujuk pada tarikh bumi di atas,
sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit.
Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora dan
fauna yang masih sangat kecil dan sederhana. Alam juga harus menjalani evolusi
terus-menerus untuk menemukan keseimbangan agar mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan kondisi alam dan iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan
berkembang biak mengikuti seleksi alam.
Gugusan kepulauan ataupun wilayah
maritim seperti yang kita temukan sekarang ini terletak di antara dua benua dan
dua samudra, antara Benua Asia di utara dan Australia di selatan, antara
Samudra Hindia di barat dan Samudra Pasifik di belahan timur. Faktor letak ini
memainkan peran strategis sejak zaman kuno sampai sekarang. Namun sebelum itu
marilah kita sebentar berkenalan dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur
geologi atau unsurunsur geodinamika yang sangat berperan dalam pembentukan
Kepulauan Indonesia.
Menurut para ahli bumi, posisi
pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang bersumber
dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu
sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada suhu
yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian
dalam bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus-menerus
bergejolak mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah
lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai
permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat menjadi hanya
bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku
membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak
samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi. Pergerakan
unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.

Keterangan Gambar :
Lapisan bumi, mulai dari bagian inti dalam sampai
bagian kerak bumi.Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di
antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia
di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempenglempeng tersebut dapat
berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke
bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat berupa pemisahan
atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa
pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang.
Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun
semuanya telah menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis
merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang
waktu.
Pada masa Paleozoikum(masa kehidupan
tertua) keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang
ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan bagian dari samudra yang sangat
luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa
Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi sangat
aktif menggerakkan lempenglempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan
ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan
daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu
dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat
dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian
pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa
Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil
pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan
keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah
membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun
lalu.
Sebagian besar daratan Sumatra,
Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat
terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itu
sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski
masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan dengan
terbentuknya endapan batu gamping. Pada kala Pliosensekitar lima juta tahun
lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan
terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada
gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian
perbukitan struktural seperti perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan
serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan perbukitan itu. Kegiatan
tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal
sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di
seluruh Kepulauan Indonesia.

Keterangan Gambar :
Pada Kala Eosen (sekitar 55 juta
tahun yang lalu) sebagian Kepulauan Indonesia (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan)
masih berada dan menyatu dengan Benua Eurasia di utara, sedangkan sebagian
kepulauan lainnya (Papua) masih menyatu dengan Benua Australia di Selatan.
Gunung api aktif dan rangkaian
perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau Sumatra,
berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara
serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk
Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu
telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun
lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak
secara dinamis, sehingga tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik
vulkanis maupun tektonis.
Letak Kepulauan Indonesia yang berada
pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman
flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi geografis ini
telah mendorong lahirnya penelitian dari bangsabangsa lain. Dari sekian banyak
penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang paling terkenal di antaranya
adalah penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua
wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun floranya.
Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah
barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah
Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga
Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis
pembatas itu disebut denganIndo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan
Australia Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis
Wallacea.
Merujuk pada tarikh bumi di atas,
keberadaan manusia di muka bumi dimulai pada zaman Quater sekitar 600.000 tahun
lalu atau disebut juga zaman es. Dinamakan zaman es karena selama itu es dari
kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian besar permukaan bumi dari
Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara. Peristiwa itu terjadi karena panas
bumi tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. Jika ukuran panas bumi
turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air laut akan
turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya jika ukuran panas naik, maka es
akan mencair, dan permukaan air laut akan naik yang disebut zaman Interglacial.
Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama
zaman Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan berbagai perubahan iklim di
seluruh dunia, yang kemudian mempengaruhi keadaan bumi serta kehidupan yang ada
diatasnya termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung
kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga sekarang ini.

Keterangan Gambar : Peta Zoogeografi Kepulauan
Indonesia
Sejak zaman ini mulai terlihat
secara nyata adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang
sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan berpikirnya. Namun demikian dalam
rangka untuk mempertahankan diri dan keberlangsungan kehidupannya, secara
lambat laun manusia mulai mengembangkan kebudayaan. Beruntung kita bangsa
Indonesia memiliki temuan bermacam-macam jenis manusia purba beserta
hasil-hasil kebudayaannya, sehingga sejak akhir abad ke-19 para ilmuwan
tertarik untuk melakukan kajian di negeri kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan. Mempelajari masa Praaksara memiliki arti yang penting bagi bangsa
Indonesia sebagai berikut. Untuk menuju sama Sejarah dari masa Praaksara pasti diperlukan
suatu proses dan tahapan. Saat menuju tahap masa Sejarah, umumnya dicirikan
dengan munculnya tulisan tentang suatu masyarakat yang tinggal di wilayah
tertentu, tetapi tulisan tersebut tidak berasal dari bangsa itu sendiri. Sumber
tertulis bisa juga berasal dari wilayah atau bangsa itu sendiri, namun sumber
tersebut belum bisa dibuka atau ditafsirkan. Masa ini sering disebut masa Proto
Sejarah.
3.2 Saran
Menumbuhkan kesadaran tentang asal
usul manusia, Semakin berbudaya seseorang atau masyarakat, maka semakin dalam
kesadaran kolektifnya tentang asal usul tradisi. Manusia yang melupakan budaya
bangsanya akan mudah terombang ambing oleh terapan budaya asing sehingga dapat
menghilangkan jati dirinya.
Kita bisa belajar dari capaian
terbaik para pendahulu kita manusia tidak selamanya berhasil dalam mengarungi
kehidupan ini. Kegagalan demi kegagalan juga sering dihadapi. Hal yang
terpenting adalah bagaimana bisa bangkit atau mampu mengatasi kegagalan yang
terjadi sehingga dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan selanjutnya.
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang MAKALAH SEJARAH SEBELUM MENGENAL TULISAN DAN TERBENTUKNYA KEPULAUAN DI INDONESIA. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon