Makalah Perkembangan Kebudayaan Bani Umayyah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang
maha Esa, karena berkah dan karunianya lah kami dapat menyelesaikan makalah
pembelajaran matematika yang berjudul “Perkembangan Kebudayaan islam pada masa
Bani umAyyah di damaskus dan Bani Abbasiyah” tepat pada waktunya.
Makalah ini tidak akan selesai tepat
waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Guru
Pembimbing Mata Pelajaran
2. Orang
Tua
3. Teman
– teman
Tak ada gading yang tak retak. Demikian
pula, taka da karya yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik
dan saran yang membangun guna pembelajaran untuk masa yang akan datang. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat membuat
pembaca memahami lebih lanjut mengenai “Perkembangan Kebudayaan islam
pada masa Bani umAyyah di damaskus dan Bani Abbasiyah”.
Kepahiang
...................2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah
merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa
depan. Namun, kadang kita sebagai umat Islam malas untuk melihat sejarah.
Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi
kesalahan yang pernah ada di masa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai
cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari
untuk merancang serta merencanakan matang-matang untuk masa depan yang
lebih cemerlang. Sangat memilukan ketika masyarakat Indonesia yang religius
dewasa ini terpuruk dalam himpitan krisis dan terbelakang dalam aspek
kehidupan.Sejarah mencatat kondisi kebesaran Islam berkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dimana pada waktu itu dunia Islam menjadi
kiblat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Ironis
ketika saat ini menjadi terbalik, negara Barat menjadi model bagi
negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Perkembangan
Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat
adalah merupakan masa keemasan agama Islam, hal itu bisa
terlihat bagaimana kemurnian Islam itusendiri dengan adanya pelaku dan faktor
utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian padazaman selanjutnya yaitu zaman para
sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atauyang lebih terkenal dengan
sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesatdimana hampir 2/3 bumi
yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu
tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankandan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang
diridhoi. PerkembanganIslam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat
bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan Islam
yang luar biasa pengaruhnya. Berlanjut pada masa pada masa Bani Umayyah Di
Damaskus, Bani Abbasiyyah Di Baghdad dan Bani Umayyahdi Andalusia serta Afrika
Utara (Murabbitun, Muwahhidun, dan Fathimiyyah), serta Dinasti Mamluk di
Mesir. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zamansekarang
ini seolah kita melupakannya. Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita
melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah Islam yang
sebenarnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. BANI UMAYYAH
1. Asal
Mula Bani Umayyah
Bani Umayyah diambil
dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin
Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy.
Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat
pemerintahannya di Damaskus dan berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 –
750 M).
Muawiyah bin
Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia adalah
kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah
dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik
cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia,
ia juga pandai mengatur pekerjaan dan ahli hikmah.
Muawiyah bin
Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah menggunakan politik tipu daya,
meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar
melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa,asal maksud dan tujuannya
tercapai.
Daulah Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang kholifah.
Namun diantara kholifah-kholifah tersebut, yang paling menonjol adalah :
Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul
Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.
2. Peta
Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah
Dalam upaya
perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah selalu
mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar
Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada
tiga hal yang menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama,
karena kota tersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang
pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium
sering melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk
wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Pada waktu
Bani Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke berbagai negara yang berada
di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta
kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik ,
dengan mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang kemudian ia diangkat sebagai
gubernurnya. Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad untuk merebut daerah
Andalusia.
Keberhasilan
Thariq memasuki Andalusia, membuta peta perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan
Islam. Sebab, satu persatu wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah
ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat
tersebar dan menjadi agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam
menjadi sebuah agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk
mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi,
budaya dan sebaginya. Andalusia pun mencapai kejayaan pada masa pemerintahan
Islam.
Kemajuan dan
Keunggulan Bani Umayyah
Di masa Bani
Umayyah ini, kebudayaan mengalami perkembangan dari pada masa
sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masa
ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dan
sebaginya.
Pada masa ini
telah banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola
Romawi, Persia dan Arab. Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang
dibangun pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung
Cordova yang terbuat dari batu pualam.
Seni
sastra berkembang dengan pesatnya, hingga mampu menerobos ke dalam jiwa
manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair
yang muncul senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang
bermutu tinggi.
Dalam seni
suara yang berkembang adalah seni baca Al-Qur’an, qasidah, musik dan
lagu-lagu yang bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan seniman
dan qori’/ qori’ah ternama.
Perkembangan seni
ukir yang paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai motif ukiran
atau pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan
tembok-tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang masih
tertinggal adalah ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana
musim panas di daerah pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil sebelah
Timur Amman.
Dalam
bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu
pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu
kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.
Pada ini
juga, politik telah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih
teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah
(kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah
(Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha
Negara.
Kekuatan
militer pada masa Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa sebelumnya,
sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary).
Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara adalah
merupakan pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik
Arab, dimana tentara harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Pada masa ini
juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir sempurna hingga mencapai 17.000
kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau Rhodus dengan panglimanya
Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah juga telah membentuk “Armada
Musin Panas dan Armada Musim Dingin”, sehingga memungkinkannya untuk bertempur
dalam segala musim.
Dalam
bidang social budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak
memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit
(mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik.
Saat itu juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal
oleh orang tua mereka akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu
pun dipelihara di rumah-rumah tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut
menimbulkan simpati yang cukup tinggi dari kalangan non-Islam, yang pada
akhirnya mereka berbondong-bondong memeluk Islam.
4. Pembunuhan
Terhadap Marwan bin Muhammad dan Yazid bin Umar
Salah satu
pendiri daulah Bani Abbasiyah, Abul Abbas As-Shaffah mengirimkan pasukannya
untuk melumpuhkan kepemimpinan Marwan. Sebagai panglima, ia mengutus Abdullah
bin Ali. Kholifah MArwan juga telah mempersiapkan pasukannya yang besar dengan
membaginya dengan dua lapis. Lapis pertama, adalah terdiri dari pasukan yang
selalu mengalami kemenangan dalam setiap peperangan, yang kedua, adalah pasukan
yang selalu mengalami kekalahan dalam setiap peperangan.
Kedua pasukan
tersebut bertempur di lembah Sungai az-Zab, salah satu cabang Sungai Djlah
(Tigris) dari sebelah timur. Pertempuran berlaku sengit. Angkatan perang Marwan
memang cukup besar dan memiliki perbekalan yang banyak. Namun, itu semua tidak
menyurutkan keinginan pasukan Abbasiyah untuk memperoleh kemenangan demi masa
depan yang cemerlang. Demikianlah angkatan tentara Abbasiyah mencapai kemenagan
atas pasukan Kholifah Marwan.
Sejak saat
itu, Marwan terus diburu untuk benar-benar dibunuh, sehingga tidak ada lagi
kekuasaan Bani Umayyah yang tersisa. Marwan terus menerus melakukan pengunduran
dari satu tempat ke tempat lain, dimulai dari ia mundur dari Harran, Qinnisirin
(Syiria), kemudian Hims, Damsyik, Palestin dan akhirnya Mesir. Di Mesir, Marwan
dan sedikit pasukannya yang tersisa masih harus melakukan pertempuran kecil,
dan saat itu pula ia tewas.
Moment inilah
yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran daulah Bani Umayyah yang sudah
berkuasa selama 90 tahun.
Peradaban dan
Pemerintahan pada masa Bani Umayyah di Damaskus
Semenjak
berkuasa, Muawiyyah (661-680) memulai langkah-langkah baru untuk merekonstruksi
otoritas dan sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan paham golongan
bersama dengan elite pemerintah. Muawiyyah mulai mengubah koalisi kesukuan Arab
menjadi sebuah sentralisasi monarkis. Ia memperkuat barisan militer dan
memperluas kekuasaan administratif negara dan alasan-alasan moral dan politis
yang baru demi kesetiaan terhadap khalifah.
Beberapa
dekade dari masa pemerintahan Muawiyyah tidak terlepas dari faktor-faktor
perselisihan akibat perang sipil pertama.Warga Madinah menentang Quraisy
lantaran merampas kedudukan mereka. Kalangan Syi’ah menginginkan penguasaan
terhadap jabatan khilafah. Konflik kesukuan bangsa Arab berkobar kembali.
Muawiyyah mampu mengendalikan bangsa Arab dengan kecakapan pribadinya dan
dibentengi kekuatan militer, namun ketika ia meninggal dunia, peperangan sipil
berlangsung kembali. Zaman kekacauan ini berlangsung kembali. Zaman kekacauan
ini berlangsung antara 680-692.
Ketika Yazid
naik tahta, Ia harus menghadapi berbagai serangan-serangan dari para lawannya,
diantaranya adalah Abdullah bin Zubair, putra dari seorang yang terbunuh oleh
kelompok Ali. Bersamaan itu, putra Ali, Husain, berusaha meninggalkan Madinah
menuju Kuffah untuk menjadi pimpinan bagi pengikutnya di wilayah tersebut,
namun pasukannya yang berjumlah kecil dihadang di padang Karbala dan dibunuh
oleh suruhan Yazid, dan pada perang tersebut Husain meninggal dunia dan
kepalanya terpisah dengan tubuhnya dan kepala Husain dibawa kehadapan Yazid.
Meskipun
rezim Muawiyyah pada dasarnya adalah keluarga penguasa, militer, dan suku-suku
yang bernaung dibawahnya, sekelompok elite kecil memerintah sebuah imperum
besar yang desentralis, sementara itu khalifah berusaha keras menegakkan
sentralisasi kekuasaan pemerintah. Abdul Malik dan Al-Walid menyusun peralihan
pejabat-pejabat pajak dari orang-orang yang berbahasa Yunani dan Syiria kepada
orang-orang yang berbahasa Arab.selanjutnya Khalifah mengadakan
pengorganisaisan keuangan di berbagai daerah. Pada masa khalifah Umar II,
khalifah mengusulkan sebuah revisi yang penting mengenai aturan dan bebrapa
prinsip perpajakan untuk menghilangkan ketidakseragaman yng lebih besar dan
demi persatuan. Khalifah Hisyam, berusaha menerapkan kebijakan Umar II di
wilayah Khurasan, Mesir Metopotamia.
Kejayaan
kaisar khalifah, dukungan resmi negara kepada agama dan pembangunan gereja,
ataupun dalam hsl ini pembangunan sejumlah masjid adalah terilhami oleh
kebijakan Bizantium. Para khalifah Umayyah mendatangkan motif-motif Yunani dan
bahkan ahli bidang bangunan dan seniman Yunani untuk menghiasi masjid-masjid
merekan dan kemudian menjadikan desain-desain dan dekorasi Sasania untuk
menghiasi istana mereka. Bahkan dalam meminjam ide-ide dari beberapa imperium
terdahulu, penguasa Umayyah memindahkan motif-motif tradisional dan mengadakan
peniruan dari bentuk-bentuk lama dengan sesuatu yang baru untuk menciptakan
simbol Islam dan imperium terdahulu, tetapi ia lebih diberi tekanan khas
keislaman.
B. BANI
ABBAS
1. Sebab-sebab
Berdirinya Daulah Abbasiyah
Menjelang
akhir dinasti Umayyah, terjadi bermacam-macam kekacauan, yang di antaranya
disebabkan:
1.
Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut
Ali dan bani Hasyim.
2.
Merendhkan kaum Muslimin yang bukan bangsa Arab
sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
Pelanggaran
terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara terang-terangan.
Alasan-alasan di atas menjadi
sebab berdirinya khalifah Abbasiyah, oleh karena itu, logis kalau bani Hasyim
mencari jalan keluar denganmendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan
dinasti Umayyah. Gerakan ini menghimpun:
-
Keturunan Ali (Alawiyah), pemimpinnya Abu
Salamah
-
Keturunan Abbas (Abbasiyah), pemimpinnya Ibrahim
al-Imam
-
Keturunan bangsa Persia, pemimpinnya Abu Muslim
al-Khurasany
Mereka membagi tiga poros
(Humairah, Kufah, Khurasan) yang merupakan pusat kegiatan, antar satu degan
yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk
menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Nabi SAW. Dengan usaha ini, pada
tahun 132 H./750 M., tumbanglah daulah Umayyah dengan terbunuhnya Marwan dan
mulailah berdirinya daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah pertama,
Abdullah bin Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136
H./750-754 M. (Machfud syaefudin, dkk, 2013: 63)
2. Pemerintahan
Daulah Abbasiyah
Kekuasaan
dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah. Dinamakan khalifah Abbasiyah Karena para pendiri dan penguasa dinasti
ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah Al-Saffan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun
132 H – 656 H. Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Sistem
politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah antara lain :
a.
Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang
para menteri, panglima, Gubernur
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang
menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
Kebebasan
berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
Para menteri
turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintah.
dalam pemerintah.
Para sejarawan
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
a.
Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847
M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
Periode Kedua
(232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
Periode
Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
Periode
Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
Periode
Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kotaBagdad.
Pada periode
pertama, pemerintah Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para
khalifah merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Periode ini
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam islam. Setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai
menurun dalam bidang politik.
Masa
pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat singkat yaitu dari tahun
750 M sampai 754 M. Pembina dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur
(754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawannya dari Bani Ummayah, Khawarij,
dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan
kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per
satu disingkirkan.
Pada mulanya,
ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat kufah. Namun, untuk memantapkan dan
menjaga stabilitas negara, Al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke Bagdad,
dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Di bidang pemerintahan,
dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator
departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari
Balkh, Persia. Dia juga membentuk protokol negara, sekretaris negara, dan
kepolisian negara. Al-Manshur meningkatkan peran dari Jawatan pos, yang sudah
ada sejak masa dinastii Bani Umayyah. Yang dahulu fungsinya hanya sebagai
pengantar surat, sekarang ditegaskan untuk menghimpun seluruh informasi di
daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Khalifah
Al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya
membebaskan diri dari pemerintah pusat dan memantapkan keamanan di daerah
perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng di Asia, kota
Malatia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756 – 758 M. Puncak
keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu Al-Mahdi
(775-785 M), Al-Hadi (775-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Ma’mun
(813-833 M), Al-Mu’tashim (833-842 M), Al- Wasiq (842-847 M), dan Al-Mutawakkil
(847-861 M).
Pada masa
Al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian,
melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas,
tembaga, dan besi. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting. Daulat Abbasiyah
mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya
Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi
didirikan. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah Negara islam
menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun
dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga banyak
mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
pembangunanBait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Walaupun
mengalami kemajuan yang pesat, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan
politik yang mengganggu stabilitas Negara. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan
sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di
Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antarbangsa
serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan. Dinasti Bani
Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.
Demikianlah
kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam
pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa
ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan
kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan.
Masa keemasan ini dicapai Bani Abbasiyah pada periode pertama. Namun sayang,
setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.
3. Peradaban
perekonomian Daulah Abbasiyah
Pada masa bani
Abbasiyah, ekonomi perdagangan berkembang antar daerah-daerah penghasil
pertanian dan perindustrian atau kerajinan. Pada masa itu, telah berkembang
pula sistem perdagangan internasional, baik dengan dunia Barat (Byzantium dan
Eropa pada umumnya) maupun dunia Timur (India, Tiongkok, dan Nusantara), dengan
daerah-daerah Islam atau pusat-pusat kehidupan sosial-budya dan pemerintahan
sebagai pusat-pusat perdagangan internasional (Machfud Syaefudin, dkk, 2013:
71).
Di sebelah
timur, para pegadang Islam telah menjelajah hingga ke Cina. Yang menjadi tulang
punggung perdagangan ini adalah sutra, yang merupakan kontribusi terbesar dari
Cina kepada dunia Barat. Di sebalah barat, para pedagang Islam telah mencapai
Maroko dan Spanyol. Mereka membawa kurma, gula, kapas, dan kain wol juga
peralatan dari baja, dan gelas. Lalu mereka mengimpor barang dagangan seperti
rempah-rempah, kapur barus dan sutera dari kawasan Asia yang lebih jauh, juga
gading, kayu eboni, dan budak kulit hitam dari Afrika.
Industri
penting lainnya adalah pembuatan kertas tulis, yang diperkenalkan pada
pertenghan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Kertas Samarkand, yang diduduki
oarang Islam pada 740 M, saat itu tak ada tandingannya. Sebelum akhir abab
ke-8, Baghdad memiliki pabrik ketas pertama. Kemudian disusul oleh kota-kota
lain seperti, Mesir sekitar 900 M, Maroko sekitar 1100 M, Spanyol sekitar 1150
M. Pabrik kertas saat itu juga menghasilkan berbagai jenis kertas, baik putih
maupun berwarna.
Seni mengelola
perhiasan juga mengalami kemajuan. Salah satu perhiasan yang paling terkenal
dalam sejarah Arab adalah rubi besar yang pernah dimiliki oleh beberapa raja
Persia, yang di atasnya diukir nama Harun ketika ia membelinya seharga 40 ribu
dinar. Sedangkan sumber tambang utama kerajaan yang memungkinkan tumbuhnya
industri perhiasan adalah emas dan perak yang diambil dari Khurasan, yang juga
menghasilkan marmer dan air raksa, rubi, lazuli dan azuridari Transoxinia,
tembaga dan perak dari Karman, mutiara dari Bahrian, turquoisedari
Naisabur.
Alat
transportasi yang digunakan ada tiga macam yaitu, pergadangan maritim
menggunakan kapal layar sebagai armada pengangkut, perdagangan caravan
menggunakan hewan sebagai alat pengangkut, dan pergadangan sungai menggunakan
alat pengangkut sungai dan kapal. Kemajuan ekonomi tersebut sudah pasti
meninkatkan kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Puncak kemakmuran rakyat
terjadi ada masa khalifah Harun al-Rasyid dan putranya, al-Ma'mun. Kekayaan
yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan sosial banyak didirikan
seperti rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi, Disamping itu juga
kesejahteraan sosial, kesehatan, penddidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan
sreta kesatraan (Machfud Syaefudi, dkk, 2013: 73).
4. Peradaban
Ilmu Pengetahuan
Abad X Masehi
di sebut pembangunan daulah Islamiyah di mana dunia Islam, mulai dari Kordova
di Sponyol sampai ke Multan Pakistan, mengalami pembangunan di segala idang
teknologi dan seni. Hal ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah
menimbulkan dorongan untuk menimbulkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan
Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakan ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan
agama (ilmu aqli), kemudian bermunculanlah ilmu-ilmu agama dari berbagai
bidang. Kemudian ketika umat Islam keluar dari jazirah Arab, mereka menemukan
perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama menimbulkan dorongan untuk munculnya
berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (ilmu ‘aqli).
Prestasi luar
biasa umat Islam pada masa daulah Umayyah yang dapat menaklukkan wilayah-wlayah
kerajaan Romawi dan Persia, segera disusul dengan prestasi yang lebih hebat
lagi dalam penaklukan dalam bidang ilmu pada abad berikutnya. Penelaahan ilmu
yang dimulai sejak bani Umayyah menjadi usaha besar-besaran pada masa bani
Abbasiyah.
Gerakan
membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah Ja’far al-Manshur.
Setelah ia mendirikan Baghdad (144 H./762 M.) dan menjadikannya sebagai ibu
kota negara. Ia menarik banyak ulam dan para ahli dari berbagai daerah untuk
datang dan tinggal di Baghdad. Ia merangsang usaha pembukuan ilmu agama,
seperti Fiqh, Tauhid, Tafsir, Hadist, atau ilmu lain seperti Ilmu Bahasa dan
Ilmu Sejarah. Akan tetapi yang lebih mendapatkan perhatian adalah penerjemahan
buku ilmu yang bersal dari luar.
Perkembangan
ilmu naqli mulai disusun dasar perumusannya menjadi ilmu yang kita
kena sekarang . Ilmn-ilmu itu antara lain:
a.
Ilmu
Hadits
Pada masa ini
hanya merupakan penyempurnaan hadits dari masa sebelumnya, yaitu mulai pada
pertengahan ke-3 muncul trend baru yang bisa dikatakan sebagai
generasi terbaik sejarah penulisan hadits, yaitu muncul kecenderungan penulisan
hadits diduhului oleh tahapan penelitian dan peisahan
hadits-hadits shahih dari yang dla'if, sebagaimana yang
dilakukan oleh Bukhari (w.256 H.), Muslim (w.261 H.), Ibn Majah (w.273 H.), Abu
Dawud (w.275 H.), al-Tirmidzi (w.279 H.), serta al-Nasa'i (w.303
H.) (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 76).
b.
Ilmu Tasawuf
Ilmu Tasawuf
adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah. Inti
ajarannya kepada Allah, meninggalkan kesenangan da perhiasan dunia, serta
bersembunyi diri dan beribadah (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 76).
Ilmu Tafsir
Pada zaman
Abbasiyah ilmu tafsir dipisahkan dari ilmu hadits.Kemudian muncul
penafsiran bi al-ra'y, di mana penafsiran dilakukan dengan mengedepankan
akal. Tafsir pada masa ini ditambah dengan cerita israiliyat. Terakhir muncul
penafsiran dengan cara menyebut satu ayat kemudian menerangkan tafsirnya yang
diambil dari sahabat dan tabi'in. Tafsir seperti ini yang termasyhur
diantaranya tafsir Ibn Jarir al-Thabary.
Ilmu Bahasa
Arab
Ilmu bahasa Arab pada masa ini
tumbuh dan berkembang menjadi subur, karena makin dewasa dan menjadi bahasa
internasional. Kota Basrah dan Kufah merupakan pusat pertumbuhan dan kegiatan
bahasa. Keduanya saling berlomba sehingga terkenal sebutan aliran Basrah, yaitu
lebih banyak terpengaruh denganmantiq dan aliran Kufah, yaitu golonan yang
menjadikan segala yang diturunkan oleh orang Arab sebagai asa yang harus ditiru
serta menyusun beberapa kaidah untuknya. Dalam zaman ini diciptakan kitab-kitab
yang bernilai dalam
ilmu Nahwu,Sharf, Maani, Qamus ilmu manaqat (kumpulan
khutbah dan riwayat).
Ilmu Fiqh
Zaman
Abbasiyah yang merupakan zaman tamaddun keemasan Islam telah
melahirkan ahli-ahli hukum (fuqaha') yang tersohor dalam sejarah Islam dengan
kitab-kitab fiqhnya yang terkenal sampai sekarang. Para fuqaha' yang
lahir zaman ini terbagi dalam dua aliran, yaitu ahl
al-hadits dan ahl al-ra'y (Machfud, dkk, 2013: 74).
Usaha
penerjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab sebenarnya sudah dimulai sejak
khalifah al-Umayyah, tetapi usah besar-besaran dimulai sejak khalifah
al-Manshar dari Abbsiyah. Pusat penting tempat penerjemahan adalah Yude Sahpur.
Meskipun nanti Baghdad menjadi kota besar dan ibu kota daulah Abbasiyah, namun
Yude Sahpur tetap sebagai ibu kota ilmu pengtahuan pertama dalam Islam.
Pada masa
al-Ma’mun kemajuan usaha penerjemahan mencapai puncaknya dengan membangun
Sekolah Tinggi Penerjemahan di Baghdad, di lengkpi dengan lembaga ilmu yang
disebut Bait al-Hikmah, suatu lembaga yang dilengkapi dengan
obsrevatorium, perpustakaan, dan lenbaga penerjmahan. Di sinilah orang bisa mengenali
Husain bin Ishaq(809-877).
Buku-buku yang
diterjemahkan sebagian besar buku karangan Aristoteles, Plato,
Neo-Platonismedan Galen. Para ahli bukan hanya menerjemahkan buku-buku, tetapi
mereka juga pengembangkan penelitian dan pemikiran spekulasi dalam batasan-batasan
yang tidak bertentangan dengan kebenaran wahyu. Semenjak itu mulailah masa
pembentukan ilmu-ilmuIslam dalam bidang akal, yang sering dinamakan abad
keemasan yang berlangsung antara 900-1000 M. Ilmu-ilmu yang masuk ke dalam
kategori ilmu aqli adalah:
a. Ilmu
Filsafat
Setelah
kitab-kitab filsafat Yunani yang diterjwmahakan ke bahasa Arab di zaman
khalifah Harun ar-Rasyid dan al-Ma'mun, barulah kaum Muslimin sibuk mempelajari
ilmu filsafat, bahkan menafsirkan dan mengadakan perubaham serta perbaikan
sesuai dengan ajaran Islam, sehingga lahirlah para filsuf Islam yang kemudian
menjadi bintang dunia filsafat seperti, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina,
al-Ghazali, dan Ibn Rusyd (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 78).
Ilmu
Kedokteran
Minat orang
Arab terhadap ilmu kedokteran diilhami oleh hadits Nabi yang membagi
pengetahuan ke dalam dua kelompok , teologi dan kedokteran. Pada tahun 765 M,
khalifah memerintahkan Girgis Buchtyishu untuk menerjemahkan buku-buu dari
bahasa Yunani ke bahasa Arab. Ilmu kedokteran pada saat itu masih merupakan
bagian dari ilmu filsafat.
Ilmu
Astronomi
Penulisan
Ilmu astronomi dimulai sejak diterjamahkannya buku-buku Sidharta dari bahasa
India ke bahasa Arab, yang diterjemahakan oleh Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari,
yang digunakan sebagai acuan oleh para sarjanas belakangan. Sebelumnya karya
Ptolemius, Almagest, disusul karya yang lebih unggul yaitu karya
al-Hajjaj ibn Mathar yang selesai ditulis pada 212 H./827-828 M. dan karya
Hunayn ibn Ishaq yang direvisi oleh Tsabit ibn Qurrah (w.901
M.) (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 79).
Ilmu Hitung
Angka Arab
pada mulanya diperkenalkan oleh Sidharta dari India, yang bekerja di masjid
al-Manshur sebagai seorang ahli Astronomi. Sudah barang tentu sistem perangkaan
suadah dipergunakan di India, di mana terjemahan ini membantu terkenalnya
sistem perangkaan di dunia Arab. Angka dari India itu disebut ragam al-Hindi,
terdiri dari angka 1, 2, 3, 4, 5, kemudian oleh Khuwarizmi diciptakan angka 6,
7, 8, 9, dan 0 yang dinamakan shirf atau kosong. meskipun orang Arab
menamakan nol dengan kosong atau shirf, tetapi ia adalah tanda angka
yang penting (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 80).
Ilmu Kimia
Di dalam
studi-studi tentang ilmu kimia dan hitung, sarjana-sarjana Muslim
memperkenalkan cara penelitian objektif yang menentukan terhadap spekulasi yang
membingungkan bagi orang-orang Yunani. Mereka teliti sekali dalam mengobservasi
gejale-gejala dan tekun dalam mengumpulkan fakta-fakta.
Ilmu Sejarah
dan Geografi
Pada periode
Abbasiyah, Ilmu Sejarah telah matang untuk melahirkan karya formal berdasarkan
atas legenda, tradisi, biografi, geneologi, dan narasi. Model ini ditulis dalam
bahasa Persia dan diwakili oleh karya berbahasa
Pahlavi, Khudzay-namah (buku tentang para raja), yang diterjamahkan
ke dalam bahasa Arab oleh Ibnu al-Muqaff (w.757 M.) dengan judul Siyar
Muluk al-'Ajm (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 81).
Dalan Ilmu
Geografi, Ibnu Khurdasbah, yang hidup di awal abad III dan telah meninggalkan
buku Geografi al-Msalik wa al-Mamalik, dipandang sebagai ahli Geografi
Islam terdahulu yang menjadi pedoman bagi pelaut yang menjelajahi lautan. Ilmu
Geografi terjadi karena hubungan kota Baghdad dengan ibu kota nagara lain, baik
hubungan darat ataupun laut, seperti India, Ceylon, Malaya, Indonesia, Cina,
Korea, dan sebalh barat ke Afrika dan Eropa.
5. Peradaban
Kebudayaan Islam Pada Masa Abbasiyah
Pada Periode
Pertana Pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para
kholifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain kemakmuran mencapai tingkat tertinggi. Perode ini
juga berhasil menyipkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam Islam.
Timbul suatu
pertanyaan, mengapa perdaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan
mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti
Abbasiyah pada peroide pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Di sanilah letak perbedaan pokok
antara bani Abbas dan Umayyah. Akan tetapi tidak berarti seluruhnya berawal
dari kreativitas penguasa bani Abbas sendiri. Sebagian diantaranya telah
dimulai sejak awal kebangkitan Isla, sebagai contoh bahwa dalam bidang
pendidikan di awal Islam lembaga pendidikan sudah mulai berkembang (Machfud
Syaefudin, dkk, 2013: 104).
6. Sebab-sebab
Kemundururan Pemerintahan Bani Abbasiyah
Menurut W.
Montgomeri Watt, bahwa ada beberapa faktor yang menyebabakan kemunduran pada
masa bani Abbasiyah, yaitu:
a.Luasnya
wilayah kekuasan Daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para
penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
b.Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah pada mereka
sangat tinggi.
c.Keaungan
negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan negara untuk tentara bayaran
sangat besar, pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Baghdad (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 98).
Di samping
kelemahan khalifah, banyak kelemahan lain yang yang menyebabkan
khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing tersebut saling berkaitan satu
sama lain. Beberapa diantaranya adalah:
a.Persaingan
antar Bangsa
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah runtuhnya bani Umayyah,
karena persoalan internal dan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh
bani Hasyim. Karena bani Umayyah menindas pengikut Ali dan bani Hasyim,
merendahkan kaum muslimin dan melanggar ajaran Islam secara terang-terangan.
Muncullah khalifah bani Abbasiyah, khalifah yang melanjutkan perdaban Islam.
Pada waktu itu wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah tidak bertambah, bahkan
berkurang, namun wilayah penyebaran Islam meluas sampai ke bedalaman anak benua
India dan lahir daulah-daulah Islam di sana.
Pada masa khalifah bani Abbasiyah
terbagi menjadi empat perode di antaranya adalah, perode pertama yang memakan
waktu satu abad lamanya (132-232 H./750-847 M.). Perode kedua (232-334 H./847-945
M.), pada perode ini pengaruh Turki sangat besar, sedangkan pengaruh Sunni
pulih. Periode ketiga (334-447 H. Pada periode ini pengaruh keluarga Buwaihi
sangat besar. Periode keempat (447-656 H,/1055-1258 M.), nampak besarnya
pengaruh keluarga bani Saljuk. Disebut juga dengan peradaban perekonomian, pada
masa ini mulai muncul alat trasportasi seperti kapal layar, hewan sebagai
pengkut barang dan sungai sebagai jalan kapal-kapal.
Pada masa kekhalifahan bani
Abbasiyah kebudayaan dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya. Dengan
bermunculan ilmu ‘aqli dannaqli, kemunculan ilmu-ilmu tersebut
bermula dari proses penerjemahan buku-buku yang menggunakan bahasa selain Arab.
Para ilmuan Muslim mampu mengarang buku sendiri. Ilmu yang berasal dari penerjemahan
mampu dikembangkannya.
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentangMakalah Perkembangan Kebudayaan Bani Umayyah. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon