MAKALAH
PERTUMBUHAN KEBUDAYAAN ISLAM
PADA MASA BANI UMAYYAH DI DAMASKUS DAN BANI ABBASIYAH
DISUSUN OLEH :
ENI YANSAH HARIANTI
FIKRI DWI ZALENDRA
LOLA DARA PUTRI
OKA TASYA DWI PUZA
SUCI
ROZI EFENDI
SEPTI SANUGRAH
DINAS PENDIDIKAN
PEMUDA DAN KEBUDAYAAN
SMPNEGERI 4 KEPAHIANG
TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah yang
Maha Kuasa, yang telah memberikan kita karunia serta nikmatnya hingga pada saat
ini kita masih bisa melaksanakan proses belajar di sekolah ini. Shalawat
beriringan salam, mari kita sampaikan ke Rasul Allah SAW yang telah membawa
tangan umatnya dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan iman
dan taqwa.
Apabila nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada
kekurangan dan ketidak sempurnaan saya terlebih dahulu memohon maaf.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat
kita akan membangun masa depan. Namun, kadang kita sebagai umat Islam malas
untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan
mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada di masa lalu. Disnilah
sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah
kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang
untuk masa depan yang lebih cemerlang. Sangat memilukan ketika masyarakat
Indonesia yang religius dewasa ini terpuruk dalam himpitan krisis dan
terbelakang dalam aspek kehidupan.Sejarah mencatat kondisi kebesaran Islam
berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana pada waktu itu
dunia Islam menjadi kiblat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dunia. Ironis ketika saat ini menjadi terbalik, negara Barat menjadi
model bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW
dan Para Sahabat adalah merupakan masa keemasan agama
Islam, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itusendiri
dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian
padazaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah
empat atauyang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam
berkembang dengan pesatdimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir
dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para
pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankandan juga dalam menyebarkan Islam
sebagai agama Tauhid yang diridhoi. PerkembanganIslam pada zaman inilah
merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka
tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad dan
Khulafaur Rasyidin merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya. Berlanjut pada
masa pada masa Bani Umayyah Di Damaskus, Bani Abbasiyyah Di Baghdad dan Bani
Umayyahdi Andalusia serta Afrika Utara (Murabbitun, Muwahhidun, dan
Fathimiyyah), serta Dinasti Mamluk di Mesir. Namun yang terkadang menjadi
pertanyaan adalah kenapa pada zamansekarang ini seolah kita melupakannya.
Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji
kembali bagaimana sejarah Islam yang sebenarnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. BANI UMAYYAH
1. Asal Mula
Bani Umayyah
Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan
bin Harb, atau moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa
sebelum Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan
berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 – 750 M).
Muawiyah bin Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu
muslihatnya yang licik, dia adalah kepala angkatan perang yang mula-mula
mengatur angkatan laut, dan ia pernah dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Ia
mempunyai sifat panjang akal, cerdik cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya
terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur pekerjaan dan ahli hikmah.
Muawiyah bin Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah
menggunakan politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan
ajaran Islam. Ia tidak gentar melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara
biasa,asal maksud dan tujuannya tercapai.
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah
diperintah oleh 14 orang kholifah. Namun diantara kholifah-kholifah tersebut,
yang paling menonjol adalah : Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin
Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.
2. Peta Daerah
Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah
Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani
Umayyah, Muawiyah selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk
merebut kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus
merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabakan Muawiyah terus
berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut adalah merupakan
basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan
perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering melakukan pemberontakan
ke daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekayaan yang
melimpah.
Pada waktu Bani Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke
berbagai negara yang berada di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga
terus memperluas peta kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah
Walid bin Abdul Malik , dengan mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang
kemudian ia diangkat sebagai gubernurnya. Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad
untuk merebut daerah Andalusia.
Keberhasilan Thariq memasuki Andalusia, membuta peta
perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan Islam. Sebab, satu persatu wilayah yang
dilewati Thariq dapat dengan mudah ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada
dan Toledo. Sehingga, Islam dapat tersebar dan menjadi agama panutan bagi
penduduknya. Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah agama yang mampu memberikan
motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang
kehidupan social, politik, ekonomi, budaya dan sebaginya. Andalusia pun
mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.
- Kemajuan
dan Keunggulan Bani Umayyah
Di masa Bani Umayyah ini, kebudayaan mengalami
perkembangan dari pada masa sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang
mengalami perkembangan pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara,
seni bangunan, seni ukir, dan sebaginya.
Pada masa ini telah banyak bangunan hasil
rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab. Contohnya
adalah bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid bin
Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova yang terbuat dari batu pualam.
Seni sastra berkembang dengan pesatnya, hingga
mampu menerobos ke dalam jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di dalam
masyarakat dan negara. Sehingga syair yang muncul senantiasa sering menonjol
dari sastranya, disamping isinya yang bermutu tinggi.
Dalam seni suara yang berkembang adalah
seni baca Al-Qur’an, qasidah, musik dan lagu-lagu yang bernafaskan cinta.
Sehingga pada saat itu bermunculan seniman dan qori’/ qori’ah ternama.
Perkembangan seni ukir yang paling menonjol
adalah penggunaan khot Arab sebagai motif ukiran atau pahatan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya dinding masjid dan tembok-tembok istana yang diukur
dengan khat Arab. Salah satunya yang masih tertinggal adalah ukiran dinding
Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana musim panas di daerah pegunungan yang
terletak lebih kurang 50 mil sebelah Timur Amman.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan
tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan
umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah,
dan lain-lain.
Pada ini juga, politik telah mengaami
kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa
sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah
(Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi
Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.
Kekuatan militer pada masa Bani Umayyah jauh
lebh berkembang dari masa sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib
Militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary). Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa
Khulafaurrasyidin, tentara adalah merupakan pasukan sukarela. Politik
ketentaraan Bani Umayyah adalah politik Arab, dimana tentara harus dari orang
Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Pada masa ini juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir
sempurna hingga mencapai 17.000 kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau
Rhodus dengan panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah
juga telah membentuk “Armada Musin Panas dan Armada Musim Dingin”, sehingga
memungkinkannya untuk bertempur dalam segala musim.
Dalam bidang social budaya, kholifah pada masa
Bani Umayyah juga telah banyak memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni,
dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di setiap kota yang
pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu juga dibangun rumah
singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka akibat
perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara di rumah-rumah
tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang cukup tinggi
dari kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-bondong memeluk
Islam.
4. Pembunuhan
Terhadap Marwan bin Muhammad dan Yazid bin Umar
Salah satu pendiri daulah Bani Abbasiyah, Abul Abbas
As-Shaffah mengirimkan pasukannya untuk melumpuhkan kepemimpinan Marwan.
Sebagai panglima, ia mengutus Abdullah bin Ali. Kholifah MArwan juga telah
mempersiapkan pasukannya yang besar dengan membaginya dengan dua lapis. Lapis
pertama, adalah terdiri dari pasukan yang selalu mengalami kemenangan dalam
setiap peperangan, yang kedua, adalah pasukan yang selalu mengalami kekalahan
dalam setiap peperangan.
Kedua pasukan tersebut bertempur di lembah Sungai az-Zab,
salah satu cabang Sungai Djlah (Tigris) dari sebelah timur. Pertempuran berlaku
sengit. Angkatan perang Marwan memang cukup besar dan memiliki perbekalan yang
banyak. Namun, itu semua tidak menyurutkan keinginan pasukan Abbasiyah untuk
memperoleh kemenangan demi masa depan yang cemerlang. Demikianlah angkatan
tentara Abbasiyah mencapai kemenagan atas pasukan Kholifah Marwan.
Sejak saat itu, Marwan terus diburu untuk benar-benar
dibunuh, sehingga tidak ada lagi kekuasaan Bani Umayyah yang tersisa. Marwan
terus menerus melakukan pengunduran dari satu tempat ke tempat lain, dimulai dari
ia mundur dari Harran, Qinnisirin (Syiria), kemudian Hims, Damsyik, Palestin
dan akhirnya Mesir. Di Mesir, Marwan dan sedikit pasukannya yang tersisa masih
harus melakukan pertempuran kecil, dan saat itu pula ia tewas.
Moment inilah yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran
daulah Bani Umayyah yang sudah berkuasa selama 90 tahun.
- Peradaban
dan Pemerintahan pada masa Bani Umayyah di Damaskus
Semenjak berkuasa, Muawiyyah (661-680) memulai
langkah-langkah baru untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuasaan
khilafah, dan menerapkan paham golongan bersama dengan elite pemerintah.
Muawiyyah mulai mengubah koalisi kesukuan Arab menjadi sebuah sentralisasi
monarkis. Ia memperkuat barisan militer dan memperluas kekuasaan administratif
negara dan alasan-alasan moral dan politis yang baru demi kesetiaan terhadap
khalifah.
Beberapa dekade dari masa pemerintahan Muawiyyah tidak
terlepas dari faktor-faktor perselisihan akibat perang sipil pertama.Warga
Madinah menentang Quraisy lantaran merampas kedudukan mereka. Kalangan Syi’ah
menginginkan penguasaan terhadap jabatan khilafah. Konflik kesukuan bangsa Arab
berkobar kembali. Muawiyyah mampu mengendalikan bangsa Arab dengan kecakapan
pribadinya dan dibentengi kekuatan militer, namun ketika ia meninggal dunia, peperangan
sipil berlangsung kembali. Zaman kekacauan ini berlangsung kembali. Zaman
kekacauan ini berlangsung antara 680-692.
Ketika Yazid naik tahta, Ia harus menghadapi berbagai
serangan-serangan dari para lawannya, diantaranya adalah Abdullah bin Zubair, putra
dari seorang yang terbunuh oleh kelompok Ali. Bersamaan itu, putra Ali, Husain,
berusaha meninggalkan Madinah menuju Kuffah untuk menjadi pimpinan bagi
pengikutnya di wilayah tersebut, namun pasukannya yang berjumlah kecil dihadang
di padang Karbala dan dibunuh oleh suruhan Yazid, dan pada perang tersebut
Husain meninggal dunia dan kepalanya terpisah dengan tubuhnya dan kepala Husain
dibawa kehadapan Yazid.
Meskipun rezim Muawiyyah pada dasarnya adalah keluarga
penguasa, militer, dan suku-suku yang bernaung dibawahnya, sekelompok elite
kecil memerintah sebuah imperum besar yang desentralis, sementara itu khalifah
berusaha keras menegakkan sentralisasi kekuasaan pemerintah. Abdul Malik dan
Al-Walid menyusun peralihan pejabat-pejabat pajak dari orang-orang yang
berbahasa Yunani dan Syiria kepada orang-orang yang berbahasa Arab.selanjutnya
Khalifah mengadakan pengorganisaisan keuangan di berbagai daerah. Pada masa
khalifah Umar II, khalifah mengusulkan sebuah revisi yang penting mengenai
aturan dan bebrapa prinsip perpajakan untuk menghilangkan ketidakseragaman yng
lebih besar dan demi persatuan. Khalifah Hisyam, berusaha menerapkan kebijakan
Umar II di wilayah Khurasan, Mesir Metopotamia.
Kejayaan kaisar khalifah, dukungan resmi negara kepada agama
dan pembangunan gereja, ataupun dalam hsl ini pembangunan sejumlah masjid
adalah terilhami oleh kebijakan Bizantium. Para khalifah Umayyah mendatangkan
motif-motif Yunani dan bahkan ahli bidang bangunan dan seniman Yunani untuk
menghiasi masjid-masjid merekan dan kemudian menjadikan desain-desain dan
dekorasi Sasania untuk menghiasi istana mereka. Bahkan dalam meminjam ide-ide
dari beberapa imperium terdahulu, penguasa Umayyah memindahkan motif-motif
tradisional dan mengadakan peniruan dari bentuk-bentuk lama dengan sesuatu yang
baru untuk menciptakan simbol Islam dan imperium terdahulu, tetapi ia lebih
diberi tekanan khas keislaman.
B. BANI ABBAS
1. Sebab-sebab Berdirinya Daulah
Abbasiyah
Menjelang
akhir dinasti Umayyah, terjadi bermacam-macam kekacauan, yang di antaranya
disebabkan:
a. Penindasan yang
terus-menerus terhadap pengikut Ali dan bani Hasyim.
b. Merendhkan kaum
Muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam
pemerintahan.
- Pelanggaran
terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara
terang-terangan.
Alasan-alasan di atas menjadi sebab berdirinya khalifah
Abbasiyah, oleh karena itu, logis kalau bani Hasyim mencari jalan keluar
denganmendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan dinasti Umayyah. Gerakan
ini menghimpun:
a. Keturunan Ali
(Alawiyah), pemimpinnya Abu Salamah
- Keturunan
Abbas (Abbasiyah), pemimpinnya Ibrahim al-Imam
- Keturunan
bangsa Persia, pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany
Mereka membagi tiga poros (Humairah, Kufah, Khurasan) yang
merupakan pusat kegiatan, antar satu degan yang lain mempunyai kedudukan
tersendiri dalam memainkan perannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar
paman Nabi SAW. Dengan usaha ini, pada tahun 132 H./750 M., tumbanglah daulah
Umayyah dengan terbunuhnya Marwan dan mulailah berdirinya daulah Abbasiyah
dengan diangkatnya khalifah pertama, Abdullah bin Muhammad, dengan gelar Abu
al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H./750-754 M. (Machfud syaefudin, dkk,
2013: 63)
2. Pemerintahan
Daulah Abbasiyah
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah,
melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khalifah Abbasiyah Karena
para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi
Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffan ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu
yang panjang, dari tahun 132 H – 656 H. Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah
antara lain :
a. Para Khalifah
tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
- Kota
Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
- Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
- Kebebasan
berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
- Para
menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya
dalam pemerintah.
Para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi
lima periode :
a. Periode Pertama
(132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
- Periode
Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
- Periode
Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
- Periode
Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.
- Periode
Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kotaBagdad.
Pada periode pertama, pemerintah Bani Abbas mencapai masa
keemasannya. Secara politis, para khalifah merupakan pusat kekuasaan politik
dan agama sekaligus. Periode ini berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik.
Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat
singkat yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Pembina dari daulat Abbasiyah
adalah Abu Ja’far Al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawannya
dari Bani Ummayah, Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari
kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin
menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkan.
Pada mulanya, ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat
kufah. Namun, untuk memantapkan dan menjaga stabilitas negara, Al-Manshur
memindahkan ibu kota negara ke Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon,
tahun 762 M. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat wazir sebagai koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat
adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk
protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara. Al-Manshur
meningkatkan peran dari Jawatan pos, yang sudah ada sejak masa dinastii Bani
Umayyah. Yang dahulu fungsinya hanya sebagai pengantar surat, sekarang
ditegaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah, sehingga
administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukkan kembali
daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat dan
memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah
merebut benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada
tahun 756 – 758 M. Puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah
sesudahnya, yaitu Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (775-786 M), Harun Al-Rasyid
(786-809 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al-Mu’tashim (833-842 M), Al- Wasiq
(842-847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa Al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan
peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Bashrah menjadi pelabuhan
yang penting. Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun
Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak
dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga
pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Di samping itu, pemandian-pemandian
umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman
khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan,
dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa
inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak
tertandingi. Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.
Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga
banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
pembangunanBait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah
Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Walaupun mengalami kemajuan yang pesat, dalam periode ini
banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas Negara.
Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern
Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia,
gerakan Syi’ah, dan konflik antarbangsa serta aliran pemikiran keagamaan,
semuanya dapat dipadamkan. Dinasti Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah
dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada
tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring
dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa
keemasan, kejayaan, dan kegemilangan. Masa keemasan ini dicapai Bani Abbasiyah
pada periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami
masa kemunduran.
3. Peradaban
perekonomian Daulah Abbasiyah
Pada masa bani Abbasiyah, ekonomi perdagangan berkembang
antar daerah-daerah penghasil pertanian dan perindustrian atau kerajinan. Pada
masa itu, telah berkembang pula sistem perdagangan internasional, baik dengan
dunia Barat (Byzantium dan Eropa pada umumnya) maupun dunia Timur (India,
Tiongkok, dan Nusantara), dengan daerah-daerah Islam atau pusat-pusat kehidupan
sosial-budya dan pemerintahan sebagai pusat-pusat perdagangan internasional (Machfud
Syaefudin, dkk, 2013: 71).
Di sebelah timur, para pegadang Islam telah menjelajah
hingga ke Cina. Yang menjadi tulang punggung perdagangan ini adalah sutra, yang
merupakan kontribusi terbesar dari Cina kepada dunia Barat. Di sebalah barat,
para pedagang Islam telah mencapai Maroko dan Spanyol. Mereka membawa kurma,
gula, kapas, dan kain wol juga peralatan dari baja, dan gelas. Lalu mereka
mengimpor barang dagangan seperti rempah-rempah, kapur barus dan sutera dari
kawasan Asia yang lebih jauh, juga gading, kayu eboni, dan budak kulit hitam
dari Afrika.
Industri penting lainnya adalah pembuatan kertas tulis, yang
diperkenalkan pada pertenghan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Kertas
Samarkand, yang diduduki oarang Islam pada 740 M, saat itu tak ada
tandingannya. Sebelum akhir abab ke-8, Baghdad memiliki pabrik ketas pertama.
Kemudian disusul oleh kota-kota lain seperti, Mesir sekitar 900 M, Maroko
sekitar 1100 M, Spanyol sekitar 1150 M. Pabrik kertas saat itu juga
menghasilkan berbagai jenis kertas, baik putih maupun berwarna.
Seni mengelola perhiasan juga mengalami kemajuan. Salah satu
perhiasan yang paling terkenal dalam sejarah Arab adalah rubi besar yang pernah
dimiliki oleh beberapa raja Persia, yang di atasnya diukir nama Harun ketika ia
membelinya seharga 40 ribu dinar. Sedangkan sumber tambang utama kerajaan yang
memungkinkan tumbuhnya industri perhiasan adalah emas dan perak yang diambil
dari Khurasan, yang juga menghasilkan marmer dan air raksa, rubi, lazuli
dan azuridari Transoxinia, tembaga dan perak dari Karman, mutiara
dari Bahrian, turquoisedari Naisabur.
Alat transportasi yang digunakan ada tiga macam yaitu,
pergadangan maritim menggunakan kapal layar sebagai armada pengangkut,
perdagangan caravan menggunakan hewan sebagai alat pengangkut, dan pergadangan
sungai menggunakan alat pengangkut sungai dan kapal. Kemajuan ekonomi tersebut
sudah pasti meninkatkan kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Puncak kemakmuran
rakyat terjadi ada masa khalifah Harun al-Rasyid dan putranya, al-Ma'mun. Kekayaan
yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan sosial banyak didirikan
seperti rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi, Disamping itu juga
kesejahteraan sosial, kesehatan, penddidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan
sreta kesatraan (Machfud Syaefudi, dkk, 2013: 73).
4. Peradaban
Ilmu Pengetahuan
Abad X Masehi di sebut pembangunan daulah Islamiyah di mana
dunia Islam, mulai dari Kordova di Sponyol sampai ke Multan Pakistan, mengalami
pembangunan di segala idang teknologi dan seni. Hal ini disebabkan agama yang
dibawa Nabi Muhammad telah menimbulkan dorongan untuk menimbulkan suatu
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakan
ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu aqli), kemudian
bermunculanlah ilmu-ilmu agama dari berbagai bidang. Kemudian ketika umat Islam
keluar dari jazirah Arab, mereka menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari
agama menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang
akal (ilmu ‘aqli).
Prestasi luar biasa umat Islam pada masa daulah Umayyah yang
dapat menaklukkan wilayah-wlayah kerajaan Romawi dan Persia, segera disusul
dengan prestasi yang lebih hebat lagi dalam penaklukan dalam bidang ilmu pada
abad berikutnya. Penelaahan ilmu yang dimulai sejak bani Umayyah menjadi usaha
besar-besaran pada masa bani Abbasiyah.
Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh
khalifah Ja’far al-Manshur. Setelah ia mendirikan Baghdad (144 H./762 M.) dan
menjadikannya sebagai ibu kota negara. Ia menarik banyak ulam dan para ahli
dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia merangsang usaha
pembukuan ilmu agama, seperti Fiqh, Tauhid, Tafsir, Hadist, atau ilmu lain
seperti Ilmu Bahasa dan Ilmu Sejarah. Akan tetapi yang lebih mendapatkan
perhatian adalah penerjemahan buku ilmu yang bersal dari luar.
Perkembangan ilmu naqli mulai disusun dasar
perumusannya menjadi ilmu yang kita kena sekarang . Ilmn-ilmu itu antara lain:
a. Ilmu Hadits
Pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan hadits dari masa
sebelumnya, yaitu mulai pada pertengahan ke-3 muncul trend baru
yang bisa dikatakan sebagai generasi terbaik sejarah penulisan hadits, yaitu
muncul kecenderungan penulisan hadits diduhului oleh tahapan penelitian dan
peisahan hadits-hadits shahih dari yang dla'if,
sebagaimana yang dilakukan oleh Bukhari (w.256 H.), Muslim (w.261 H.), Ibn
Majah (w.273 H.), Abu Dawud (w.275 H.), al-Tirmidzi (w.279 H.), serta al-Nasa'i
(w.303 H.) (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 76).
b. Ilmu Tasawuf
Ilmu Tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang
pada zaman Abbasiyah. Inti ajarannya kepada Allah, meninggalkan kesenangan da
perhiasan dunia, serta bersembunyi diri dan beribadah (Machfud Syaefudin, dkk,
2013: 76).
- Ilmu
Tafsir
Pada zaman Abbasiyah ilmu tafsir dipisahkan dari ilmu
hadits.Kemudian muncul penafsiran bi al-ra'y, di mana penafsiran
dilakukan dengan mengedepankan akal. Tafsir pada masa ini ditambah dengan
cerita israiliyat. Terakhir muncul penafsiran dengan cara menyebut satu ayat
kemudian menerangkan tafsirnya yang diambil dari sahabat dan tabi'in. Tafsir
seperti ini yang termasyhur diantaranya tafsir Ibn Jarir al-Thabary.
- Ilmu
Bahasa Arab
Ilmu bahasa Arab pada masa ini tumbuh dan berkembang menjadi
subur, karena makin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Kota Basrah dan
Kufah merupakan pusat pertumbuhan dan kegiatan bahasa. Keduanya saling berlomba
sehingga terkenal sebutan aliran Basrah, yaitu lebih banyak terpengaruh denganmantiq dan
aliran Kufah, yaitu golonan yang menjadikan segala yang diturunkan oleh orang
Arab sebagai asa yang harus ditiru serta menyusun beberapa kaidah untuknya.
Dalam zaman ini diciptakan kitab-kitab yang bernilai dalam ilmu Nahwu,Sharf, Maani, Qamus ilmu manaqat (kumpulan
khutbah dan riwayat).
- Ilmu
Fiqh
Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman tamaddun keemasan
Islam telah melahirkan ahli-ahli hukum (fuqaha') yang tersohor dalam
sejarah Islam dengan kitab-kitab fiqhnya yang terkenal sampai sekarang.
Para fuqaha' yang lahir zaman ini terbagi dalam dua aliran,
yaitu ahl al-hadits dan ahl al-ra'y (Machfud,
dkk, 2013: 74).
Usaha penerjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab
sebenarnya sudah dimulai sejak khalifah al-Umayyah, tetapi usah besar-besaran
dimulai sejak khalifah al-Manshar dari Abbsiyah. Pusat penting tempat
penerjemahan adalah Yude Sahpur. Meskipun nanti Baghdad menjadi kota besar dan
ibu kota daulah Abbasiyah, namun Yude Sahpur tetap sebagai ibu kota ilmu
pengtahuan pertama dalam Islam.
Pada masa al-Ma’mun kemajuan usaha penerjemahan mencapai
puncaknya dengan membangun Sekolah Tinggi Penerjemahan di Baghdad, di lengkpi
dengan lembaga ilmu yang disebut Bait al-Hikmah, suatu lembaga yang
dilengkapi dengan obsrevatorium, perpustakaan, dan lenbaga penerjmahan. Di
sinilah orang bisa mengenali Husain bin Ishaq(809-877).
Buku-buku yang diterjemahkan sebagian besar buku karangan
Aristoteles, Plato, Neo-Platonismedan Galen. Para ahli bukan hanya
menerjemahkan buku-buku, tetapi mereka juga pengembangkan penelitian dan
pemikiran spekulasi dalam batasan-batasan yang tidak bertentangan dengan
kebenaran wahyu. Semenjak itu mulailah masa pembentukan ilmu-ilmuIslam dalam
bidang akal, yang sering dinamakan abad keemasan yang berlangsung antara
900-1000 M. Ilmu-ilmu yang masuk ke dalam kategori ilmu aqli adalah:
a. Ilmu Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani yang diterjwmahakan ke
bahasa Arab di zaman khalifah Harun ar-Rasyid dan al-Ma'mun, barulah kaum
Muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat, bahkan menafsirkan dan mengadakan
perubaham serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam, sehingga lahirlah para
filsuf Islam yang kemudian menjadi bintang dunia filsafat seperti, al-Kindi,
al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali, dan Ibn Rusyd (Machfud Syaefudin, dkk, 2013:
78).
- Ilmu
Kedokteran
Minat orang Arab terhadap ilmu kedokteran diilhami oleh
hadits Nabi yang membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok , teologi dan
kedokteran. Pada tahun 765 M, khalifah memerintahkan Girgis Buchtyishu untuk
menerjemahkan buku-buu dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Ilmu kedokteran pada
saat itu masih merupakan bagian dari ilmu filsafat.
- Ilmu
Astronomi
Penulisan Ilmu astronomi dimulai sejak diterjamahkannya
buku-buku Sidharta dari bahasa India ke bahasa Arab, yang diterjemahakan oleh
Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari, yang digunakan sebagai acuan oleh para sarjanas
belakangan. Sebelumnya karya Ptolemius, Almagest, disusul
karya yang lebih unggul yaitu karya al-Hajjaj ibn Mathar yang selesai ditulis
pada 212 H./827-828 M. dan karya Hunayn ibn Ishaq yang direvisi oleh Tsabit ibn
Qurrah (w.901 M.) (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 79).
- Ilmu
Hitung
Angka Arab pada mulanya diperkenalkan oleh Sidharta dari
India, yang bekerja di masjid al-Manshur sebagai seorang ahli Astronomi. Sudah
barang tentu sistem perangkaan suadah dipergunakan di India, di mana terjemahan
ini membantu terkenalnya sistem perangkaan di dunia Arab. Angka dari India itu
disebut ragam al-Hindi, terdiri dari angka 1, 2, 3, 4, 5, kemudian oleh
Khuwarizmi diciptakan angka 6, 7, 8, 9, dan 0 yang dinamakan shirf atau
kosong. meskipun orang Arab menamakan nol dengan kosong atau shirf, tetapi
ia adalah tanda angka yang penting (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 80).
- Ilmu
Kimia
Di dalam studi-studi tentang ilmu kimia dan hitung,
sarjana-sarjana Muslim memperkenalkan cara penelitian objektif yang menentukan
terhadap spekulasi yang membingungkan bagi orang-orang Yunani. Mereka teliti
sekali dalam mengobservasi gejale-gejala dan tekun dalam mengumpulkan
fakta-fakta.
- Ilmu
Sejarah dan Geografi
Pada periode Abbasiyah, Ilmu Sejarah telah matang untuk
melahirkan karya formal berdasarkan atas legenda, tradisi, biografi, geneologi,
dan narasi. Model ini ditulis dalam bahasa Persia dan diwakili oleh karya
berbahasa Pahlavi, Khudzay-namah (buku tentang para raja),
yang diterjamahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibnu al-Muqaff (w.757 M.) dengan
judul Siyar Muluk al-'Ajm (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 81).
Dalan Ilmu Geografi, Ibnu Khurdasbah, yang hidup di awal
abad III dan telah meninggalkan buku Geografi al-Msalik wa al-Mamalik,
dipandang sebagai ahli Geografi Islam terdahulu yang menjadi pedoman bagi
pelaut yang menjelajahi lautan. Ilmu Geografi terjadi karena hubungan kota
Baghdad dengan ibu kota nagara lain, baik hubungan darat ataupun laut, seperti
India, Ceylon, Malaya, Indonesia, Cina, Korea, dan sebalh barat ke Afrika dan
Eropa.
5. Peradaban
Kebudayaan Islam Pada Masa Abbasiyah
Pada Periode Pertana Pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
masa keemasan. Secara politis para kholifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain kemakmuran
mencapai tingkat tertinggi. Perode ini juga berhasil menyipkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Timbul suatu pertanyaan, mengapa perdaban dan kebudayaan Islam
tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal
tersebut dikarenakan Dinasti Abbasiyah pada peroide pertama lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Di
sanilah letak perbedaan pokok antara bani Abbas dan Umayyah. Akan tetapi tidak
berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa bani Abbas sendiri.
Sebagian diantaranya telah dimulai sejak awal kebangkitan Isla, sebagai contoh
bahwa dalam bidang pendidikan di awal Islam lembaga pendidikan sudah mulai
berkembang (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 104).
6. Sebab-sebab
Kemundururan Pemerintahan Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomeri Watt, bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabakan kemunduran pada masa bani Abbasiyah, yaitu:
a.Luasnya wilayah kekuasan Daulah Abbasiyah, sementara
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat
saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat
rendah.
b.Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan
khalifah pada mereka sangat tinggi.
c.Keaungan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan
negara untuk tentara bayaran sangat besar, pada saat kekuatan militer menurun,
khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad (Machfud Syaefudin,
dkk, 2013: 98).
Di samping kelemahan khalifah, banyak kelemahan lain
yang yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur,
masing-masing tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya
adalah:
a.Persaingan antar Bangsa
KESIMPULAN
Setelah runtuhnya bani Umayyah, karena persoalan internal
dan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh bani Hasyim. Karena bani
Umayyah menindas pengikut Ali dan bani Hasyim, merendahkan kaum muslimin dan
melanggar ajaran Islam secara terang-terangan. Muncullah khalifah bani
Abbasiyah, khalifah yang melanjutkan perdaban Islam. Pada waktu itu wilayah
kekuasaan daulah Abbasiyah tidak bertambah, bahkan berkurang, namun wilayah
penyebaran Islam meluas sampai ke bedalaman anak benua India dan lahir
daulah-daulah Islam di sana.
Pada masa khalifah bani Abbasiyah terbagi menjadi empat
perode di antaranya adalah, perode pertama yang memakan waktu satu abad lamanya
(132-232 H./750-847 M.). Perode kedua (232-334 H./847-945 M.), pada perode ini
pengaruh Turki sangat besar, sedangkan pengaruh Sunni pulih. Periode ketiga
(334-447 H. Pada periode ini pengaruh keluarga Buwaihi sangat besar. Periode
keempat (447-656 H,/1055-1258 M.), nampak besarnya pengaruh keluarga bani
Saljuk. Disebut juga dengan peradaban perekonomian, pada masa ini mulai muncul
alat trasportasi seperti kapal layar, hewan sebagai pengkut barang dan sungai
sebagai jalan kapal-kapal.
Pada masa kekhalifahan bani Abbasiyah kebudayaan dan ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesatnya. Dengan bermunculan ilmu ‘aqli dannaqli,
kemunculan ilmu-ilmu tersebut bermula dari proses penerjemahan buku-buku yang
menggunakan bahasa selain Arab. Para ilmuan Muslim mampu mengarang buku
sendiri. Ilmu yang berasal dari penerjemahan mampu dikembangkannya.
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang MAKALAH PERTUMBUHAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DI DAMASKUS DAN BANI ABBASIYAH. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon