KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “PEMBIASAN CAHAYA”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Fisika. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Guru Pembimbing. atas bimbingan beliau, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dan juga para kerabat yang ikut membantu penyelesaian makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan bagi para pembaca tentang pembiasan cahaya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
1.1. Latar Belakang...........................................................................
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembiasan Cahaya.................................................
2.2 Pemantulan Total........................................................................
2.1. Pengertian Pembiasan Cahaya.................................................
2.2 Pemantulan Total........................................................................
BAB III.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................
3.1. Kesimpulan...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di udara, cahaya merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Ketika berkas cahaya melalui kaca, kecepatan berkurang menjadi 200.000 km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika memasuki kaca atau benda bening lainnya disebut pembiasan (refraksi). Pembiasan cahaya terjadi karena dalam zat antara (medium) yang berbeda, besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.
Di udara, cahaya merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Ketika berkas cahaya melalui kaca, kecepatan berkurang menjadi 200.000 km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika memasuki kaca atau benda bening lainnya disebut pembiasan (refraksi). Pembiasan cahaya terjadi karena dalam zat antara (medium) yang berbeda, besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksut dengan pembiasan cahaya?
Bagaimana pembiasan cahaya lensa cembung dan kensa cekung?
Bagaimana hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak focus?
Bagaimana bunyi hukum snellius?
Bagaimana terjadi pembiasan pada prisma?
Apa yang dimaksut dengan pembiasan cahaya?
Bagaimana pembiasan cahaya lensa cembung dan kensa cekung?
Bagaimana hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak focus?
Bagaimana bunyi hukum snellius?
Bagaimana terjadi pembiasan pada prisma?
C. TUJUAN
Mengetahui apa yang dimaksut pembiasan cahaya
Mengetahui pembiasan pada lensa cembung dan lensa cekung
Mengetahui jarak antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak focus
Mengetahui bunyi dari hukum snellius
Mengetahui bagaimana terjadi pembiasan pada prisma
Mengetahui apa yang dimaksut pembiasan cahaya
Mengetahui pembiasan pada lensa cembung dan lensa cekung
Mengetahui jarak antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak focus
Mengetahui bunyi dari hukum snellius
Mengetahui bagaimana terjadi pembiasan pada prisma
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
PENGERTIAN PEMBIASAN CAHAYA
Pembiasan cahaya berarti pembelokan
arah rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium tembus cahaya yang
berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya mempengaruhi penglihatan pengamat.
Contoh yang jelas adalah bila sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di
dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat patah, dasar bak mandi yang
berisi air kelihatan lebih dangkal, sikat gigi yang mengapung di air bak
mandi kelihatan bengkok dan sebagainya.
- Indeks Bias Medium
Ketika kamu sedang minum es pernahkah kamu memperhatikan sedotan yang ada pada gelas es ? Sedotan tersebut akan terlihat patah setelah melalui batas antara udara dan air. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan atau refraksi cahaya. Bagaimana sebenarnya peristiwa ini terjadi?
Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbeda-beda tergantung pada kerapatan medium tersebut. Perbandingan perbedaan kecepatan rambat cahaya ini selanjutnya disebut sebagai indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua macam indeks bias yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di medium tersebut
Dengan keteranagann
nmedium : indeks bias mutlak medium
c : cepat rambat cahaya di ruang hampa
v : cepat rambat cahaya di suatu medium
Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat berkas cahaya dari ruang hampa melewati medium tersebut. Indek bias mutlak suatu medium dituliskan nmedium. Indeks bias mutlak kaca dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair dan seterusnya. Oleh karena c selalu lebih besar dari pada v maka indeks bias suatu medium selalu lebih dari satu nmedium >1.
Contoh indeks bias mutlak beberapa zat.
MediumIndeks bias mutlakUdara (1 atm, 0° C) Udara (1 atm, 0° C) Udara (1 atm, 0° C) Air Alkohol Gliserin Kaca kuarsa Kaca kerona Kaca flinta Intan
1,00029 1,00028 1,00026 1,33 1,36 1,47 1,46 1,52 1,65 2,42
Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias suatu medium terhadap indeks bias medium yang lain.
atau
Dengan keteranagan
n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n21 : indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
n1 : indeks bias mutlak medium 1
n2 : indeks bias mutlak medium 2
Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, karena perbedaan indeks bias inilah maka jika ada seberkas sinar yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka berkas sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621 Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian percobaan untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias (r).
Hukum pembiasan Snellius berbunyi:
Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan gambar 1.
Muka gelombang pada pembiasan cahaya dari medium1 ke medium.
Pada segitiga ABD berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut
Sin i = , sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut, Sin r = . Bila kedua persamaan dibandingkan akan diperoleh
Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2 ini besaran frekuensi cahaya tetap atau tidak mengalami perubahan. Karena v = (.f maka berlaku pula,
Sehingga berlaku persamaan pembiasan
Dengan keterangan,
n1 : indeks bias medium 1
n2 : indeks bias medium 2
v1 : cepat rambat cahaya di medium 1
v2 : cepat rambat cahaya di medium 2
λ1 : panjang gelombang cahaya di medium 1
λ2 : panjang gelombang cahaya di medium 2
Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu medium, indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar indeks bias suatu medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut. Bila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Ketika kamu sedang minum es pernahkah kamu memperhatikan sedotan yang ada pada gelas es ? Sedotan tersebut akan terlihat patah setelah melalui batas antara udara dan air. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan atau refraksi cahaya. Bagaimana sebenarnya peristiwa ini terjadi?
Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbeda-beda tergantung pada kerapatan medium tersebut. Perbandingan perbedaan kecepatan rambat cahaya ini selanjutnya disebut sebagai indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua macam indeks bias yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di medium tersebut
Dengan keteranagann
nmedium : indeks bias mutlak medium
c : cepat rambat cahaya di ruang hampa
v : cepat rambat cahaya di suatu medium
Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat berkas cahaya dari ruang hampa melewati medium tersebut. Indek bias mutlak suatu medium dituliskan nmedium. Indeks bias mutlak kaca dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair dan seterusnya. Oleh karena c selalu lebih besar dari pada v maka indeks bias suatu medium selalu lebih dari satu nmedium >1.
Contoh indeks bias mutlak beberapa zat.
MediumIndeks bias mutlakUdara (1 atm, 0° C) Udara (1 atm, 0° C) Udara (1 atm, 0° C) Air Alkohol Gliserin Kaca kuarsa Kaca kerona Kaca flinta Intan
1,00029 1,00028 1,00026 1,33 1,36 1,47 1,46 1,52 1,65 2,42
Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias suatu medium terhadap indeks bias medium yang lain.
atau
Dengan keteranagan
n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n21 : indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
n1 : indeks bias mutlak medium 1
n2 : indeks bias mutlak medium 2
Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, karena perbedaan indeks bias inilah maka jika ada seberkas sinar yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka berkas sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621 Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian percobaan untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias (r).
Hukum pembiasan Snellius berbunyi:
Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan gambar 1.
Muka gelombang pada pembiasan cahaya dari medium1 ke medium.
Pada segitiga ABD berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut
Sin i = , sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut, Sin r = . Bila kedua persamaan dibandingkan akan diperoleh
Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2 ini besaran frekuensi cahaya tetap atau tidak mengalami perubahan. Karena v = (.f maka berlaku pula,
Sehingga berlaku persamaan pembiasan
Dengan keterangan,
n1 : indeks bias medium 1
n2 : indeks bias medium 2
v1 : cepat rambat cahaya di medium 1
v2 : cepat rambat cahaya di medium 2
λ1 : panjang gelombang cahaya di medium 1
λ2 : panjang gelombang cahaya di medium 2
Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu medium, indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar indeks bias suatu medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut. Bila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.
2.2.
Pemantulan Total Pada saat
cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat
dengan sudut datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Artinya sudut bias akan selalu lebih besar dibandingkan sudut datang. Apabila
sudut datang cukup besar, maka sudut bias akan lebih besar lagi, Apa yang
terjadi, bila sudut datang terus diperbesar?
Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang berarti besar sudut biasnya (r) 90°. Tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90° ini disebut sudut kritis atau sudut batas. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna. Persamaan sudut kritis sebagai berikut.
sin ik =
Keterangan
ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang) n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar bias) n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang) n1> n2
- Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh sisi-sisi yang sejajar.
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah semula.
Menentukan besar pergeseran sinar.
Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.
Pada segitiga ABC siku-siku di B:
maka
Pada segitiga ACD siku-siku di D:
maka
Pergeseran sinarnya sejauh t,
maka:
Karena maka
Ketentuan lain adalah berlaku: i1 = r2
r1 = i2
dengan keterangan d = tebal balok kaca, (cm) i = sudut datang, (°) r = sudut bias, (°) t = pergeseran cahaya, (cm)
c. Pembiasan Cahaya Pada Prisma Kaca
Prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca, kegunaannya antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan serta menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi).
Cahaya dari udara memasuki salah satu bidang pembias prisma akan dibiaskan dan pada saat meninggalkan bidang pembias lainnya ke udara juga dibiaskan.
Rumus sudut puncak/pembias :
Sedangkan rumus sudut deviasi :
pada bidang pembias I :
pada bidang pembias II :
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar bias prisma.
Pada saat i1 = r2 dan r1 = i2, sudut deviasi menjadi sekecil-kecilnya disebut sudut Deviasi Minimum (m).
Menentukan persamaan sudut deviasi minimum.
Karena i1 = r2
dan r1 = i2
(
sehingga :
untuk prisma dengan sudut pembias ≤ 150, sudut deviasi minimum ditentukan tersendiri. Karena sudut deviasi menjadi sangat kecil (δm) sehingga nilai sin α = α. Akibatnya persamaan Hukum Snellius di atas berubah dari,
d. Pembiasan Cahaya Pada Permukaan Lengkung
Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam kehidupan sehari-hari dapat diambilkan contoh, antara lain :
Akuarium berbentuk bola
Silinder kaca
Tabung Elenmeyer
Plastik berisi air di warung maka
Permukaan lengkung atau lensa tebal
Sinar-sinar dari benda benda yang berada pada medium 1 dengan indeks bias mutlak n1 di depan sebuah permukaan lengkung bening yang indeks bias mutlaknya akan dibiaskan sehingga terbentuk bayangan benda. Bayangan ini bersifat nyata karena dapat ditangkap layar.
Persamaan yang menyatakan hubungan antara indeks bias medium, indeks bias permukaan lengkung, jarak benda, jarak bayangan, dan jari-jari permukaan lengkung dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dengan keterangan, n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung n2 = indeks bias permukaan lengkung s = jarak benda s' = jarak bayangan R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung Syarat : R = (+) jika sinar datang menjumpai permukaan cembung
R = (-) jika sinar datang menjumpai permukaan cekung
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga ada perjanjian tanda berkaitan dengan persamaan-persamaan pada permukaan lengkung seperti dijelaskan dalam tabel berikut ini.
s+ s-Jika benda nyata/sejati (di depan permukaan lengkung) Jika benda maya (di belakang permukaan lengkung) s'+ s'-Jika bayangan nyata (di belakang permukaan lengkung) Jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung) R+ R-Jika permukaan berbentuk cembung dilihat dari letak benda Jika permukaan berbentuk cekung dilihat dari letak benda
Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang ukurannya sama dengan ukuran bendanya.
Pembentukan bayangan pada permukaan lengkung.
Pembiasan cahaya pada permukaan lengkung
Sinar dari benda AB dan menuju permukaan lengkung dibiaskan sedemikian oleh permukaan tersebut sehingga terbentuk bayangan A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan tinggi bayangan A'B' = h', akan diperoleh
tan i = atau h = s tan i dan tan r = atau h’ = s’ tan r
Perbesaran yang terjadi adalah M = = Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan tan r = sin r sehingga M = Karena atau maka diperoleh persamaan perbesaran pada permukaan lengkung sebagai berikut.
M =
Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (F1) adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga (s’ = ~) dan jarak benda s sama dengan jarak fokus pertama (s = f1) sehingga dari persamaan permukaan lengkung di peroleh , sehingga atau
Sehingga jarak fokus pertamanya sebesar, f1 =
Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila sinar-sinar yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya benda berada jauh di tak terhingga (s = () sehingga dengan cara yang sama seperti pada penurunan fokus pertama di atas, kita dapatkan persamaan fokus kedua permukaan lengkung.
f2 =
e. Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca yang penting ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan bidang lengkung. Ada dua macam kelompok lensa :
Lensa Cembung (lensa positif/lensa konvergen)
Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.
Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:
Macam-macam lensa cembung
Lensa Cekung (lensa negatif/lensa devergen)
Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .
Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:
Macam-macam lensa cekung
Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar dengan garis lurus dan tanda di atasnya, untuk lensa cembung di tulis (+) dan lensa cekung (–). Untuk lensa memiliki dua titik fokus.
Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang berarti besar sudut biasnya (r) 90°. Tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90° ini disebut sudut kritis atau sudut batas. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna. Persamaan sudut kritis sebagai berikut.
sin ik =
Keterangan
ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang) n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar bias) n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang) n1> n2
- Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh sisi-sisi yang sejajar.
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah semula.
Menentukan besar pergeseran sinar.
Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.
Pada segitiga ABC siku-siku di B:
maka
Pada segitiga ACD siku-siku di D:
maka
Pergeseran sinarnya sejauh t,
maka:
Karena maka
Ketentuan lain adalah berlaku: i1 = r2
r1 = i2
dengan keterangan d = tebal balok kaca, (cm) i = sudut datang, (°) r = sudut bias, (°) t = pergeseran cahaya, (cm)
c. Pembiasan Cahaya Pada Prisma Kaca
Prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca, kegunaannya antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan serta menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi).
Cahaya dari udara memasuki salah satu bidang pembias prisma akan dibiaskan dan pada saat meninggalkan bidang pembias lainnya ke udara juga dibiaskan.
Rumus sudut puncak/pembias :
Sedangkan rumus sudut deviasi :
pada bidang pembias I :
pada bidang pembias II :
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar bias prisma.
Pada saat i1 = r2 dan r1 = i2, sudut deviasi menjadi sekecil-kecilnya disebut sudut Deviasi Minimum (m).
Menentukan persamaan sudut deviasi minimum.
Karena i1 = r2
dan r1 = i2
(
sehingga :
untuk prisma dengan sudut pembias ≤ 150, sudut deviasi minimum ditentukan tersendiri. Karena sudut deviasi menjadi sangat kecil (δm) sehingga nilai sin α = α. Akibatnya persamaan Hukum Snellius di atas berubah dari,
d. Pembiasan Cahaya Pada Permukaan Lengkung
Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam kehidupan sehari-hari dapat diambilkan contoh, antara lain :
Akuarium berbentuk bola
Silinder kaca
Tabung Elenmeyer
Plastik berisi air di warung maka
Permukaan lengkung atau lensa tebal
Sinar-sinar dari benda benda yang berada pada medium 1 dengan indeks bias mutlak n1 di depan sebuah permukaan lengkung bening yang indeks bias mutlaknya akan dibiaskan sehingga terbentuk bayangan benda. Bayangan ini bersifat nyata karena dapat ditangkap layar.
Persamaan yang menyatakan hubungan antara indeks bias medium, indeks bias permukaan lengkung, jarak benda, jarak bayangan, dan jari-jari permukaan lengkung dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dengan keterangan, n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung n2 = indeks bias permukaan lengkung s = jarak benda s' = jarak bayangan R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung Syarat : R = (+) jika sinar datang menjumpai permukaan cembung
R = (-) jika sinar datang menjumpai permukaan cekung
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga ada perjanjian tanda berkaitan dengan persamaan-persamaan pada permukaan lengkung seperti dijelaskan dalam tabel berikut ini.
s+ s-Jika benda nyata/sejati (di depan permukaan lengkung) Jika benda maya (di belakang permukaan lengkung) s'+ s'-Jika bayangan nyata (di belakang permukaan lengkung) Jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung) R+ R-Jika permukaan berbentuk cembung dilihat dari letak benda Jika permukaan berbentuk cekung dilihat dari letak benda
Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang ukurannya sama dengan ukuran bendanya.
Pembentukan bayangan pada permukaan lengkung.
Pembiasan cahaya pada permukaan lengkung
Sinar dari benda AB dan menuju permukaan lengkung dibiaskan sedemikian oleh permukaan tersebut sehingga terbentuk bayangan A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan tinggi bayangan A'B' = h', akan diperoleh
tan i = atau h = s tan i dan tan r = atau h’ = s’ tan r
Perbesaran yang terjadi adalah M = = Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan tan r = sin r sehingga M = Karena atau maka diperoleh persamaan perbesaran pada permukaan lengkung sebagai berikut.
M =
Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (F1) adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga (s’ = ~) dan jarak benda s sama dengan jarak fokus pertama (s = f1) sehingga dari persamaan permukaan lengkung di peroleh , sehingga atau
Sehingga jarak fokus pertamanya sebesar, f1 =
Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila sinar-sinar yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya benda berada jauh di tak terhingga (s = () sehingga dengan cara yang sama seperti pada penurunan fokus pertama di atas, kita dapatkan persamaan fokus kedua permukaan lengkung.
f2 =
e. Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca yang penting ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan bidang lengkung. Ada dua macam kelompok lensa :
Lensa Cembung (lensa positif/lensa konvergen)
Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.
Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:
Macam-macam lensa cembung
Lensa Cekung (lensa negatif/lensa devergen)
Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .
Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:
Macam-macam lensa cekung
Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar dengan garis lurus dan tanda di atasnya, untuk lensa cembung di tulis (+) dan lensa cekung (–). Untuk lensa memiliki dua titik fokus.
1. Berkas Sinar
Istimewa pada Lensa Tipis
Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas sinar istimewa.
Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas sinar istimewa.
a. Berkas sinar-sinar
istimewa pada lensa cembung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.
Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik fokus.
Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu utama.
Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.
Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik fokus.
Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu utama.
Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
b. Berkas sinar-sinar
istimewa pada lensa cekung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.
Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.
Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.
Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.
Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
2. Penomoran ruang
pada Lensa Tipis
Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor-ruang untuk bayangan dibedakan. nomor ruang untuk benda menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan untuk ruang bayangan menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut ini:
Untuk ruang benda berlaku :
ruang I antara titik pusat optic (O) dan F2,
ruang II antara F2 dan 2F2
ruang III di sebelah kiri 2F2,
ruang IV benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa.
Untuk ruang bayangan berlaku :
ruang 1 antara titik pusat optic (O) dan F1,
ruang 2 antara F1 dan 2F1
ruang 3 di sebelah kanan 2F1,
ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.
Berlaku pula : R benda + R bayangan = 5
Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor-ruang untuk bayangan dibedakan. nomor ruang untuk benda menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan untuk ruang bayangan menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut ini:
Untuk ruang benda berlaku :
ruang I antara titik pusat optic (O) dan F2,
ruang II antara F2 dan 2F2
ruang III di sebelah kiri 2F2,
ruang IV benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa.
Untuk ruang bayangan berlaku :
ruang 1 antara titik pusat optic (O) dan F1,
ruang 2 antara F1 dan 2F1
ruang 3 di sebelah kanan 2F1,
ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.
Berlaku pula : R benda + R bayangan = 5
3. Melukis pembentukan bayangan pada lensa
Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa tipis cukup menggunakan minimal dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan titik bayangan.
Contoh melukis pembentukan bayangan.
Benda AB berada di ruang II lensa cembung
Benda AB berada di ruang III lensa cembung
Benda AB berada di ruang I lensa cembung
Benda AB berada di ruang II lensa cekung
Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa tipis cukup menggunakan minimal dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan titik bayangan.
Contoh melukis pembentukan bayangan.
Benda AB berada di ruang II lensa cembung
Benda AB berada di ruang III lensa cembung
Benda AB berada di ruang I lensa cembung
Benda AB berada di ruang II lensa cekung
4. Rumus-rumus Pada Lensa Tipis
Untuk lensa tipis yang permukaannya sferis (merupakan permukaan bola), hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran bayangan benda (M) diturunkan dengan bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.
Dari persamaan lensa lengkung,
Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan sedemikian sehingga terbentuk bayangan di titik I1. Oleh permukaan ADC bayangan I1 itu di anggap benda dan dibiaskan oleh permukaan ADC sedemikian sehingga terbentuk bayangan akhir di titik I2
Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari medium n1 ke lensa n2, sehingga s = OB, s’ = BI1
maka
Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n1, s = -DI1, s’ = DI2
maka
Karena dianggap lensa tipis maka ketebalan BD diabaikan, sehingga BI1 = DI1 dan saling meniadakan karena berlawanan tanda . Apabila kedua persamaan dijumlahkan diperoleh :
+
+
+
Semua ruas dibagi dengan n1 akan diperoleh persamaan lensa tipis sebagai berikut.
Dengan keterangan, s = jarak benda s' = jarak bayangan n1 = indeks bias medium sekeliling lensa n2 = indeks bias lensa R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
Persamaan lensa tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang dekat dengan sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya.
Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s = ~ bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka s’= f.
Karena = 0 maka rumus jarak fokus lensa :
Bila persamaan disubstitusikan dengan persamaan maka akan didapat persamaan baru yang dikenal sebagai persamaan pembuat lensa, yaitu
Dengan keterangan,
n1 = indeks bias medium sekeliling lensa n2 = indeks bias lensa R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung
R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung
R = jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar
s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata). s = jarak benda bertanda negatif (–) jika benda terletak di belakang lensa (benda maya). s’ = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa (bayangan nyata). s’ = karak bayangan bertanda negatif (–) jika benda terletak di depan lensa (bayangan maya). f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif (lensa cembung). f = jarak fokus bertanda negatif (–) untuk permukaan lensa negatif (lensa cekung).
Untuk lensa tipis yang permukaannya sferis (merupakan permukaan bola), hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran bayangan benda (M) diturunkan dengan bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.
Dari persamaan lensa lengkung,
Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan sedemikian sehingga terbentuk bayangan di titik I1. Oleh permukaan ADC bayangan I1 itu di anggap benda dan dibiaskan oleh permukaan ADC sedemikian sehingga terbentuk bayangan akhir di titik I2
Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari medium n1 ke lensa n2, sehingga s = OB, s’ = BI1
maka
Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n1, s = -DI1, s’ = DI2
maka
Karena dianggap lensa tipis maka ketebalan BD diabaikan, sehingga BI1 = DI1 dan saling meniadakan karena berlawanan tanda . Apabila kedua persamaan dijumlahkan diperoleh :
+
+
+
Semua ruas dibagi dengan n1 akan diperoleh persamaan lensa tipis sebagai berikut.
Dengan keterangan, s = jarak benda s' = jarak bayangan n1 = indeks bias medium sekeliling lensa n2 = indeks bias lensa R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
Persamaan lensa tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang dekat dengan sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya.
Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s = ~ bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka s’= f.
Karena = 0 maka rumus jarak fokus lensa :
Bila persamaan disubstitusikan dengan persamaan maka akan didapat persamaan baru yang dikenal sebagai persamaan pembuat lensa, yaitu
Dengan keterangan,
n1 = indeks bias medium sekeliling lensa n2 = indeks bias lensa R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung
R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung
R = jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar
s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata). s = jarak benda bertanda negatif (–) jika benda terletak di belakang lensa (benda maya). s’ = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa (bayangan nyata). s’ = karak bayangan bertanda negatif (–) jika benda terletak di depan lensa (bayangan maya). f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif (lensa cembung). f = jarak fokus bertanda negatif (–) untuk permukaan lensa negatif (lensa cekung).
5. Perbesaran bayangan
Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.
Dengan keterangan,
s = jarak benda s' = jarak bayangan h = tinggi benda h' = tinggi bayangan
M > 1 = bayangan diperbesar
M < 1 = bayangan diperkecil
s1 (+) = bayangan nyata
s1 (() = bayangan maya
Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.
Dengan keterangan,
s = jarak benda s' = jarak bayangan h = tinggi benda h' = tinggi bayangan
M > 1 = bayangan diperbesar
M < 1 = bayangan diperkecil
s1 (+) = bayangan nyata
s1 (() = bayangan maya
6. Daya / Kekuatan
Lensa
Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa. Daya lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus, Rumus kekuatan lensa (power lens)
P = dengan satuan = Dioptri
Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa gabungan dengan sumbu utama dan bidang batas kedua lensa saling berhimpit satu sama lain. Dari penggabungan lensa ini maka akan didapatkan fokus gabungan atau daya lensa gabungan.
Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa dengan sumbu utamanya berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada jarak antara lensa yang satu dengan lensa yang lain (d = 0).
Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.
Dan daya lensa sebagai berikut.
Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus, sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.
Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa. Daya lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus, Rumus kekuatan lensa (power lens)
P = dengan satuan = Dioptri
Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa gabungan dengan sumbu utama dan bidang batas kedua lensa saling berhimpit satu sama lain. Dari penggabungan lensa ini maka akan didapatkan fokus gabungan atau daya lensa gabungan.
Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa dengan sumbu utamanya berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada jarak antara lensa yang satu dengan lensa yang lain (d = 0).
Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.
Dan daya lensa sebagai berikut.
Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus, sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.
7. Pembiasan Dua Lensa
yang Berhadapan
Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang berhadap-hadapan, akan mengalami dua kali proses pembiasan oleh lensa I dilanjutkan oleh lensa II.
Lensa I : Lensa II :
jarak kedua lensa :
Perbesaran bayangan akhir :
M = M1 . M2
CONTOH SOAL
Emat sedang melakukan eksperimen untuk menentukan kecepatan cahaya di dalam etil alkohol. Ia melepaskan seberkas cahaya pada permukaan cairan etil alkohol. Jika indeks bias mutlak etil alkohol (n = 1,36) dan kecepatan cahaya di udara 3 x 108 m/s, berapakah cepat rambat cahaya di dalam etil alkohol tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
n = 1,36
c = 3 x 108 m/s
Ditanyakan: v = ?
Jawab:
n = c/v
v = c/n
v = 3 x 108/1,36
v = 2,2 x 108 m/s
Jadi, cepat rambat cahaya di dalam etil alkohol adalah sebesar 2,2 x 108 m/s
Perhatikan gambar berikut! Sinar melintasi dua buah medium yang memiliki indeks bias berbeda. Jika sudut datang sinar adalah 53° dan sudut bias sebesar 37° tentukan nilai indeks bias medium yang kedua jika medium yang pertama adalah udara!
Pembahasan
Soal diatas termasuk tipe mudah, penggunaan dari persamaan : n1 sin i = n2 sin r Dimana : n1 = indeks bias medium 1 (tempat sinar datang) n2 = indeks bias medium 2(tempat sinar bias) i = besar sudut datang r = besar sudut bias Sehingga: n1 sin i = n2 sin r (1) sin 53° = n2 sin 37° 4/5 = n2 3/5 n2 = 4/3
Sebuah benda setinggi 2 cm berdiri tegak 30 cm di depan lensa tipis konvergen yang jarak fokusnya 15 cm. Maka Tentukan Letak bayangan?
Penyelesaian:
Diketahui:
s = 30 cm
f = +15 (lensa konvergen atau lensa cembung)
h = 2 cm
Ditanyakan: s’?
Jawab:
a. Letak bayangan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.
1/f = 1/s + 1/s’
1/15 = 1/30 + 1/s’
1/s’ = 1/15 – 1/30
1/s’ = 2/30 – 1/30
1/s’ = 1/30
s' = 30
Jadi, bayangan benda berada pada jarak 30 cm di belakang lensa.
Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang berhadap-hadapan, akan mengalami dua kali proses pembiasan oleh lensa I dilanjutkan oleh lensa II.
Lensa I : Lensa II :
jarak kedua lensa :
Perbesaran bayangan akhir :
M = M1 . M2
CONTOH SOAL
Emat sedang melakukan eksperimen untuk menentukan kecepatan cahaya di dalam etil alkohol. Ia melepaskan seberkas cahaya pada permukaan cairan etil alkohol. Jika indeks bias mutlak etil alkohol (n = 1,36) dan kecepatan cahaya di udara 3 x 108 m/s, berapakah cepat rambat cahaya di dalam etil alkohol tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
n = 1,36
c = 3 x 108 m/s
Ditanyakan: v = ?
Jawab:
n = c/v
v = c/n
v = 3 x 108/1,36
v = 2,2 x 108 m/s
Jadi, cepat rambat cahaya di dalam etil alkohol adalah sebesar 2,2 x 108 m/s
Perhatikan gambar berikut! Sinar melintasi dua buah medium yang memiliki indeks bias berbeda. Jika sudut datang sinar adalah 53° dan sudut bias sebesar 37° tentukan nilai indeks bias medium yang kedua jika medium yang pertama adalah udara!
Pembahasan
Soal diatas termasuk tipe mudah, penggunaan dari persamaan : n1 sin i = n2 sin r Dimana : n1 = indeks bias medium 1 (tempat sinar datang) n2 = indeks bias medium 2(tempat sinar bias) i = besar sudut datang r = besar sudut bias Sehingga: n1 sin i = n2 sin r (1) sin 53° = n2 sin 37° 4/5 = n2 3/5 n2 = 4/3
Sebuah benda setinggi 2 cm berdiri tegak 30 cm di depan lensa tipis konvergen yang jarak fokusnya 15 cm. Maka Tentukan Letak bayangan?
Penyelesaian:
Diketahui:
s = 30 cm
f = +15 (lensa konvergen atau lensa cembung)
h = 2 cm
Ditanyakan: s’?
Jawab:
a. Letak bayangan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.
1/f = 1/s + 1/s’
1/15 = 1/30 + 1/s’
1/s’ = 1/15 – 1/30
1/s’ = 2/30 – 1/30
1/s’ = 1/30
s' = 30
Jadi, bayangan benda berada pada jarak 30 cm di belakang lensa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembiasan cahaya atau Refraksi adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
Dasar kolam kelihatan lebih dangkal bila di lihat dari atas
Kaca mata minus (negatif) atau kaca mata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
Terjadinya pelangi setelah turun hujan.
Pembiasan cahaya atau Refraksi adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
Dasar kolam kelihatan lebih dangkal bila di lihat dari atas
Kaca mata minus (negatif) atau kaca mata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
Terjadinya pelangi setelah turun hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA untuk Kelas X Semester 2.Jakarta: Erlangga
http://www.pengertianilmu.com/2015/01/pengertian-pembiasan-cahaya.html
www.en.wikipedia.org
www.125.163.204.22/e_books/modul_online/fisika/MO_90/kb3_5.htm
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang MAKALAH “PEMBIASAN CAHAYA”. Penulis mohon teman-teman kiranya berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun karena penulis rasa artikel tersebut di atas jauh dari kata sempurna. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi tulisan maupun bahasa. Thank you.
ConversionConversion EmoticonEmoticon