BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam lahir di Jazirah Arab.
Islam berkembang sampai ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia,
dan Gujarat, sekitar abad ke-7 hingga abad ke-8. Islam diterima dengan baik dan
berkembang dengan pesat di Indonesia. Faktor pendorong Islam cepat berkembang
di Indonesia :
1. Syarat masuk Islam mudah
2. Islam bersifat terbuka
3. Tidak mengenal sistem kasta
4. Disebarkan secara damai
5. upacara sedehana dan biaya murah
6. Runtuhnya kerajaan majapahit
Di
pulau Jawa, ada sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal sebagai Wali
Sanga (wali sembilan). Peranan Wali Sanga antara lain:
1. Sebagai penyebar agama Islam
2. Pendukung berdirinya kerajaan Islam
3. Penasehat Raja
4. pendukung berkembangnya kebudayaan daerah yang disesuaikan
dengan Islam.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang
berkembang di Indonesia dan bagaimana pemerintahannya.
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah
untuk mengetahui apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia
dan bagaimana pemerintahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia
Beberapa kerajaan Islam yang
pernah berdiri di Indonesia adalah:
1.
Kerajaan Perlak
Perlak adalah kerajaan Islam tertua
di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup
panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292
karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai
bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang
memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz
Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada
tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah
pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.
Kerajaan ini mengalami masa jaya
pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan
Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).
keberadaan Kerajaan Perlak didukung
oleh adanya / ditemukannya sumber-sumber dan bukti-bukti sejarah (A. Hasjmy,
1989).
2.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh
Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13.
Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe
sekarang (pantai timur Aceh).
Sebagai sebuah kerajaan, raja
silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah
Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik
al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326.
(3) Sultan Malik al Tahir II
(1326 – 1348 M). .
3.
Kerajaan Malaka
Iskandar Syah merupakan
raja pertama Kerajaan Malaka. Iskandar Syah awalnya adalah seorang pangeran
dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri setelah Majapahit kalah dalam
perang Paregreg. Nama asli Iskandar Syah adalah Parameswara. Ia melarikan diri
bersama pengikutnya ke Semenanjung Malaya dan membangun kerajaan baru yang
kemudian diberi nama Malaka.
Kerajaan Malaka merupakan
kerajaan Islam kedua setelah Kerajaan Samudra Pasai. Berkembangnya kegiatan
perdagangan dan pelayaran di Kerajaan Malaka banyak didukung para pedagang
Islam dari Arab dan India. Kerajaan Malaka pun banyak mendapatkan pengaruh
budaya Islam dari kedua daerah ini. Nama Iskandar Syah sendiri merupakan nama
Islam, yang diperoleh setelah ia menjadi pemeluk agama Islam. Pada periode
kekuasaan Raja Iskandar Syah (1396-1414), Kerajaan Malaka berkembang sebagai
salah satu kerajaan Islam terbesar yang disegani kerajaan lain di sekitarnya.
Muhammad Iskandar Syah merupakan
putra mahkota, Kerajaan Malaka yang naik tahta menggantikan ayahnya, Selama
memerintah Malaka, Muhammad Iskandar Syah berhasil memajukan bidang perdagangan
dan pelayaran. Ia juga berhasil menguasai jalur perdagangan di kawasan Selat
Malaka dengan taktik perkawinan politik. Muhammad Iskandar Syah menikahi putri
raja Kerajaan Samudra Pasai dengan tujuan menundukkan Kerajaan Samudra Pasai
secara politis. Setelah mendapatkan kekuasaan politik Kerajaan Samudra Pasai,
ia baru menguasai wilayah perdagangan disekitarnya. Muhammad Iskandar Syah
berkuasa dari tahun 1414-1424.
Sultan Mudzafat Syah memerintah
Kerajaan Malaka dari tahun 1424-1458. Ia menggantikan Muhammad Iskandar Syah
setelah menyingkirkannya dari tahta Kerajaan Malaka melalui sebuah kemelut
politik. Pada masa pemerintahannya Sultan Mudzafat Syah juga berhasil
memperluas kekuasaannya hingga ke Pahang, Indragiri, dan Kampar.
Setelah Sultan Mudzafat Syah
wafat, ia digantikan oleh putranya Sultan Mansyur Syah. Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Malaka berhasil menguasai kerajaan Siam sebagai
bagian taktik memperluas wilayah kekuasaan dan mengokohkan kebesarannya di
antara kerajaan-kerajaan lain disekitarnya.
4.
Kerajaan AceH
Kerajaan Islam berikutnya di
Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang
bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya
Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh
ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas
dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku;
dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku
atau teungku.
Aceh mencapai jaman keemasan di
bawah pemerintah Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1936. ia
adalah orang yang cakap dan pemeluk Islam yang taat. Wilayah di Semenanjung
Malaya, seperti Johor, Kedah, pahang berhasil dikuasai. Demikian juga daerah
Perlak, Pulau Bintan dan Nias.
Iskandar muda bersikap anti
penjajah. Ia bercita-cita dapat mengusir Portugis dari Malaka. Oleh sebab itu
Iskandar Muda beberapa kali menyerang Portugis di Malaka. Contoh, tahun 1629,
ia melakukan serangan besar-besaran ke Malaka. Namun karena persenjataan yang
tidak seimbang belum berhasil. Portugis pun juga menyerang dan berusaha
menguasai Aceh, namun selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.
Pada masa kekuasaan Iskandar Muda
disusun suatu Undang-undang tentang tata Pemerintah. Undang-undang itu disebut
Adat Mahkota Alam.
Tahun 1636 Sultan Iskandar Muda
Wafat kemudian digantikan Sultan Iskandar thani. Sultan Iskandar Thani
memerintah sampai tahun 1641. raja-raja yang berkuasa selanjutnya lemah.
Sementara tahun 1641 Belanda sudah berhasil menguasai Malaka. Lama kelamaan
Belanda pun berhasil memasukkan pengaruhnya ke Aceh.
Peninggalan sejarah dari kerajaan
Aceh antara lain berupa koin emas, stempel kerajaan, makam Sultan Iskandar
Muda, Rencong, juga beberapa karya sastra. Dalam bidang kesusasteraan dan ilmu
agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka
menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam
bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya
Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat
al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi
Fashil.
5. Kerajaan
Demak dan Kerajaan Pajang
Demak adalah kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada
awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad
ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota
besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak
berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur
Nusantara.
Sebagai kerajaan, Demak
diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah
(1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya
adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak
berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang,
Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di
Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik.
Raden Patah memperkuat armada
lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan
kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai
Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan
hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.
Dalam bidang budaya banyak hal
yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya
adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari
pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas
pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan
Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw)
yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.
Masjid Agung Demak
|
Untuk menambah pemahaman Anda
tentang Masjid Demak tersebut, silahkan Anda amati gambar 10 berikut ini!
Dilihat dari arsitekturnya,
Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar 10 tersebut memperlihatkan
adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu dengan kebudayaan Islam.
6. Kerajaan
Mataram
Sutawijaya yang mendapat limpahan
Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke
daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian
menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga
Sayidin Panatagama.
Pemerintahan Panembahan Senopati
(1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh
pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah
tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan
para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati
Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat
ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan
Sunan Giri.
7. Kerajaan
Banten
Kerajaan yang terletak di barat
Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten
direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah
menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali
yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif
Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran
Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran
Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat
menjadi Raja Banten.
8. Kerajaan
Cirebon
Kerajaan yang terletak di
perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang
anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa
kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah
(Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah
memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil
menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis
dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati
di Jayakarta. Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Pangeran Pasarean.
9. Kerajaan
Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di
Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:
Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan
ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan
Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar
Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan
Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.
Karena posisinya yang strategis
di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi
bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan
Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka
inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan
ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).
10. Kerajaan
Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam
di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500).
Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore
berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di
Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan
rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah
terutama cengkih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia
kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-Kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia
antara lain: Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan
Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan Cirebon,
Kerajaan Goa-Tallo, Kerajaan Ternate dan Tidore. Islam berkembang pesat di
Indonesia dibuktikan dengan Agama Islam merupakan agama yang mendominasi
wilayah Indonesia. Selain itu sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia termasuk dalam sistem pemerintahan monarki, karena para penguasa
masih ada ikatan keturunan.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat
menjadi bahan maupun referensi pengetahuan mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena
melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
http://id.wikipedia.org
http://kulimijit.blogspot.com
http://jeparaku.multiply.com
http://118.96.151.46
Ilmu Pengetahuan Sosial
5 Untuk Sekola h D a s a r & Madrasah Ibtidaiyah Kelas 5
Penyusun Rusmawan dan Sri Wahyuni
ConversionConversion EmoticonEmoticon